Home
/
News

Stop Menyebarkan Foto dan Video Ledakan Bom Surabaya di Medsos, Karena…

<i>Stop</i> Menyebarkan Foto dan Video Ledakan Bom Surabaya di <i>Medsos</i>, Karena…

Birgitta Ajeng16 May 2018
Bagikan :

Uzone.id - Ledakan bom terjadi bertubi-tubi di Kota Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, beberapa hari lalu. Aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya cukup banyak menelan korban.

Berdasarkan data dua hari lalu, setidaknya ada 18 korban meninggal dunia.

Foto dan video dari aksi terorisme tersebut banyak bertebaran di linimasa Facebook, Twitter, dan bahkan masuk ke ranah pribadi seperti WhatsApp, sesaat setelah ledakan bom.

Ada banyak orang yang turut menyebarkan konten tersebut ke media sosial, karena memandang informasi ini penting untuk dibagikan.

Kamu mungkin juga melakukannya. Apa yang kamu lakukan sesungguhnya merupakan respons alami atas sebuah peristiwa. Sayangnya, apa yang kamu lakukan juga sekaligus memperkuat kekacauan yang diinginkan teroris.

Charlie Beckett, Director, LSE Truth, Trust and Technology Commission di The London School of Economics and Political Science (LSE), menuliskan dalam Columbia Journalism Review, bahwa terorisme adalah praktik brutal, tetapi juga merupakan fenomena media.

“Teror adalah berita penting, sebuah kisah dramatis yang menjadi kebutuhan publik. Publik ingin mengetahui dan memahami. Tetapi terorisme juga bergantung pada publisitas seperti itu untuk mengacaukan masyarakat, memancing rasa takut, dan mempertunjukkan kekuatan mereka,” tulis Beckett.

via GIPHY

Beckett juga mengutip tulisan Walter Laqueur, sejarawan Amerika, pada tahun 1999:

Wartawan adalah sahabat terbaik teroris, karena mereka bersedia menyajikan informasi tentang teroris secara maksimal. Ini bukan untuk mengatakan bahwa wartawan sebagai kelompok yang bersimpati kepada teroris, meskipun mungkin tampak demikian. Tapi, ini berarti bahwa kekerasan adalah berita, sedangkan perdamaian bukan. Para teroris membutuhkan media, dan media menemukan terorisme sebagai bahan berita yang menarik.

Dalam beberapa tahun terakhir, Beckett mengatakan bahwa masalah ini menjadi lebih akut dan rumit dengan munculnya media sosial. Saat sebuah bom meledak di salah satu negara di dunia, ledakan itu terdengar pula di internet. Selanjutnya, banyak orang berteriak melalui respons di media sosial berupa komentar, status, atau menyebarkan kembali foto dan video aksi terorisme.

Karena itu, sesaat setelah terjadi ledakan bom di Surabaya, banyak sekali pihak yang mengimbau untuk tidak menyebarkan foto dan video terkait peristiwa ini. Bahkan, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Muhammad Iqbal meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan foto atau video korban ledakan bom di Surabaya.

Iqbal mengatakan bahwa jangan sampai masyarakat terperangkap tujuan teroris yang ingin menimbulkan ketakutan. Jadi, kamu tidak perlu menyebarkan foto atau video bom Surabaya.

populerRelated Article