Suka Duka Perkembangan Islam Di Korea Selatan
Dengan hingar bingar kebudayaan pop yang merajalela di negeri gingseng, ternyata populasi muslim di Korea Selatan terus meningkat sejak diperkenalkannya Islam tak lama setelah Perang Korea.
Komunitas Muslim -baik orang Korea dan warga asing- kini berpusat di sekitar Seoul, di mana masjid besar yang pertama pada abad ke-20 dibangun pada tahun 1976 dengan menggunakan dana dari Misi Islam Malaysia dan negara-negara Islam lainnya.Seperti apakah perkembangan Islam di Korea Selatan?Bermula Dari Perang
Perkembangan agama Islam di Negeri Gingseng itu ditandai dengan adanya perang dingin yang terjadi antara Korea Utara dengan Korea Selatan pada rentang waktu 1950-1953. Peristiwa tersebut menjadi salah satu pintu masuk bagi Islam di Korea.
Selama kesepakatan gencatan senjata antara Utara dan Korea antara tahun 1953-1955, militer Turki yang masuk ke Korea untuk membantu meredakan situasi sebagai tentara perdamaian PBB, secara tidak langsung turut berkontribusi menyiarkan agama Islam di Korea Selatan.
Tentara perdamaian Turki yang beribadah shalat selama bertugas di Korea Selatan, mendirikan tenda-tenda sebagai tempat ibadah. Hal ini membuat Islam pelan-pelan dikenal masyarakat Korea Selatan. Bahkan tidak sedikit tentara angkatan perang Korsel pada masa itu beralih menjadi seorang muslim.
Masjid Pertama dan Tokoh Indonesia Dalam Penyebaran Islam di Korea
Masjid Pertama Di KoreaKarena banyaknya tentara Korea yang memeluk Islam pada waktu itu, maka Raja Korea memberikan sebidang tanah di distrik Itaewon, untuk dijadikan sebuah tempat ibadah bagi umat Muslim.
Tempat ibadah itu kemudian dibangun dan menjadi sebuah masjid terbesar di Kota Seoul, dengan nama Islamic Center Seoul.
Dilansir dari Antara, masjid ini dibangun dan dikembangkan secara bersama-sama oleh kedutaan negara-negara Muslim yang ada di Seoul, Korea Selatan. Masjid ini menjadi pusat kajian agama Islam hingga saat ini.
Tokoh Indonesia Dalam Perkembangan Islam di Korea
Salah satu pengurus inti Masjid Islamic Center Seoul adalah warga negara Indonesia Ustadz Samsul Arifin yang biasanya menjadi muazin di Islamic Center Seoul.Nama Arifin dikenal dan dihormati seluruh tenaga kerja Indonesia beragama Islam di Seoul.
Selain sebagai pengurus Masjid Seoul, Arifin juga merupakan Ketua Dewan Syuro Komunitas Muslim Indonesia di Korea.Keberadaan warga negara Indonesia seperti Arifin meneruskan dakwah penyebaran dan perkembangan Islam di Korea.
Arifin yang telah tiga tahun menetap di Korea mengatakan kegiatannya di Islamic Center adalah berdakwah dan membina para mualaf asal Korea.
Di lingkungan Islamic Center ini juga ada madrasah Prince Sultan untuk anak Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Dasar. Meskipun keberadaannya belum teregister tapi banyak peminatnya karena kegiatan belajar mengajar disini menggunakan bahasa internasional, Inggris," jelas Airifin.
Arifin menjelaskan perkembangan Islam di Korea Selatan boleh dibilang cukup pesat. Sejak perang dingin Korea, banyak berdiri masjid-masjid di seantero Korea Selatan.
Sulitnya Mencari Makanan Halal
Sulitnya Makanan HalalSementara itu berkaitan dengan makanan halal, Hamada dan Muslim lain di Korea harus pintar memilih restoran penyedia makanan yang benar-benar halal untuk dikonsumsi.
Memang banyak restoran Korea yang menjual daging sapi atau ayam, namun proses penyembelihan dagingnya belum tentu sesuai syariat Islam.
"Biasanya kami makan di masjid atau mushala. Lalu untuk belanja bahan makanan kami pergi ke mini market Asia untuk mencari makanan kemasan yang halal," ujar dia.
Restoran halal di Seoul umumnya berada di dekat permukiman Muslim. Di daerah Itaewon misalnya, ada beberapa restoran kebab dan nasi briyani yang dijual orang Turki.
Selain di Seoul, masalah makanan halal juga terjadi di Pulau Jeju yang terletak di bagian selatan Korea Selatan.
Seorang warga negara Korea mualaf yang mendirikan Jeju Islamic Cultural Center, Prof. Haji Bashir Kim Dae menyebutkan, di Jeju sangat sulit mencari restoran yang menyediakan makanan halal.
Selain itu tempat ibadah Muslim di Jeju juga jumlahnya sangat sedikit bahkan dapat dihitung dengan jari."Di Jeju hanya ada tiga restoran halal dan satu mushola," kata dia.
Kim Dae memiliki mimpi dapat memperbanyak restoran halal dan tempat ibadah Muslim di Pulau Jeju. Sebab sejak beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya kerja sama pariwisata antara Korea Selatan dengan Indonesia, Pulau Jeju semakin banyak kedatangan wisatawan Muslim.
"Saya ingin lebih banyak restoran halal di Jeju. Sebab sekarang sangat banyak wisatawan Muslim datang ke sini," kata dia.
Menurut Kim Dae, dalam setahun terdapat 160.000 wisatawan Muslim yang datang ke Jeju. Mayoritas di antaranya berasal dari Indonesia.
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan mimpinya, Kim Dae melalui jaringan Regional Islamic Da'wah Council of South East Asia and the Pasific (RISEAP) sudah mulai merintis pembangunan mushola-mushola di dalam hotel-hotel di Pulau Jeju.
Salah satu mushala terdapat di The WE Hotel di Pulau Jeju. Berkat Kim Dae, The WE Hotel menjadi pionir hotel yang ramah dalam hal makanan halal dan tempat ibadah bagi Muslim.
Rizieq Dilabeli Status Tersangka, Polri: Tinggal Nunggu Waktu!
Kapolri Nilai Sikap Radikal Bisa Positif, Jika...
Blusukan Dipercaya Lebih Pikat Masyarakat ketimbang Hasil Survei
Di Korsel, Samsung Galaxy S8+ Tipe Ini Habis Diborong Konsumen
Presiden Rusia Bantu Korsel Tangani Ancaman Nukril Korut
Menumpas Teror Maute, Penebar Maut di Marawi Filipina
Di Negara Ini, 3 Juta Orang Sedang Berjuang Hadapi Epilepsi
Jangan Menyalahkan, Ini Kata Mereka Soal Musibah Banjir Jakarta
Pernah Dihancurkan Taliban, Resor Ski Ini Kembali Menggeliat
Sukacita 'Cian Cui', Perang Air di Selatpanjang
Keren! Penjara Ini Dijaga Oleh Pasukan Robot
Ratusan Kios Pasar Senen Terbakar, Pedagang Terpukul
Canggih! Robot Ini Bisa Ngambek Diperlakukan Kasar Oleh Manusia
Tanggul Jebol, Banjir Rendam Perumahan Taman Cikas Bekasi
Begini Cerita Kelezatan Nasi Goreng yang Mendunia