Home
/
Technology

10 Startup Indonesia Favorit Editorial Tech in Asia Indonesia

10 Startup Indonesia Favorit Editorial Tech in Asia Indonesia
Tech in Asia ID29 December 2016
Bagikan :

Setiap harinya, tim editorial Tech in Asia Indonesia mengulas berbagai berita mengenai startup di tanah air, mulai dari yang mendapat suntikan dana, meluncurkan fitur baru, gulung tikar, hingga yang muncul sebagai pemain baru di industri ini.

Dari sekian banyak startup yang lahir di sepanjang tahun 2016, beberapa di antaranya membuat kami takjub. Adapun beberapa kriteria penilaian kami adalah, startup ini memiliki ide yang unik, berusaha menjawab masalah yang ada secara nyata, serta potensi bisnisnya di tanah air.

Lalu, startup mana saja yang berhasil mencuri perhatian tim editorial Tech in Asia Indonesia? Berikut ini adalah ulasannya:

Aditya Hadi Pratama

Investree

Investree Pinjaman Karyawan | Screenshot
Preview

Sepanjang tahun 2016 kita melihat perkembangan yang cukup pesat dari layanan yang menghubungkan peminjam dengan investor pemberi pinjaman, atau biasa dikenal dengan istilah peer to peer (P2P) lending. Fenomena ini pun didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang merilis rancangan aturan khusus untuk bisnis P2P lending di akhir tahun ini.

Salah satu startup P2P lending yang muncul pada tahun ini adalah Investree. Meluncur pada akhir Mei 2016, Investree didirikan oleh beberapa founder yang punya pengalaman bertahun-tahun di bisnis perbankan. Sang Chairman Adrian Asharyanto Gunadi contohnya, adalah mantan Managing Director bidang Retail Banking di Bank Muamalat.

Saat ini, Investree telah menghadirkan dua jenis layanan, yaitu Pinjaman Bisnis dan Pinjaman Personal. Untuk Pinjaman Bisnis, pencari pinjaman harus menyertakan tagihan (invoice) berjalan, dan mereka bisa mendapatkan pinjaman dengan nilai delapan puluh persen dari nominal tagihan tersebut.

Sedangkan Pinjaman Personal bisa dimanfaatkan oleh para karyawan yang perusahaannya telah menjalin kerja sama dengan Investree. Mereka nantinya harus membayar cicilan dari pinjaman tersebut setiap bulannya dengan sistem potong gaji.

Menurut saya, Investree menarik karena bermain di bisnis yang sedang hit saat ini, dan dibangun oleh founder yang berpengalaman di bidang tersebut.

Tertarik untuk mencari atau memberikan pinjaman lewat Investree? Kunjungi situs resminya di sini.


Kravasia

Kravasia marketplace batik | screenshot 2
Preview

Ramainya persaingan di bisnis e-commerce tanah air tidak membuat Maulana Muhammad dan Ignasius Ryan Hasim berkecil hati. Pada tanggal 2 Oktober 2016 yang lalu, dua orang yang telah berpengalaman bekerja di perusahaan fast moving product tersebut pun meluncurkan sebuah e-commerce baru khusus batik yang bernama Kravasia.

Saat ini, telah ada sekitar lima puluh perajin batik yang telah terdaftar di Kravasia. Mereka berasal dari beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jabodetabek, Surabaya, Cirebon, Pekalongan, Solo, Garut, dan Sragen. Igna pun menyatakan kalau pihaknya tengah mengajak perajin dari Sulawesi Utara dan Papua untuk bergabung dengan Kravasia.

Ada dua jenis batik yang tersedia di Kravasia, yaitu batik cap dan batik tulis. Harga produk mereka pun variatif, mulai dari Rp99 ribu hingga Rp1 juta. Hingga saat ini, Kravasia mengklaim kalau mereka telah mempunyai lebih dari seribu stok batik yang bisa dibeli lewat platform mereka.

Kravasia menjadi menarik karena berusaha mengangkat budaya tradisional bangsa dengan bisnis digital. Mereka juga berhasil menggaet perajin dari banyak daerah dalam waktu singkat.

Jika kamu berniat membeli pakaian batik di Kravasia, silakan kunjungi situs mereka di sini.


Ekky Pramana

SEVVA

Sevva | Screenshot
Preview

Jujur, pertama kali saya mendengar SEVVA adalah saat startup ini menjadi finalis kompetisi Arena yang diselenggarakan di hari kedua konferensi Tech in Asia Jakarta 2016 bulan November lalu.

Walaupun tidak keluar sebagai salah satu pemenang, ide bisnis SEVVA cukup menarik perhatian saya. Sederhananya, SEVVA adalah marketplace yang menghubungkan orang yang hendak menyewakan barang miliknya dengan konsumen yang ingin menyewa sesuatu.

Saya sebagai penggiat fotografi, misalnya, bisa saja menyewa sebuah lensa khusus yang saya butuhkan untuk satu acara tanpa perlu merogoh kocek dalam untuk membeli lensa tersebut. Bahkan, saya dengan mudah bisa menyewakan koleksi lensa saya saat sedang tidak dipakai untuk menambah pemasukan.

Menurut saya ide sederhana namun brilian ini sudah cukup membuat saya menempatkan SEVVA di daftar startup favorit saya tahun ini. Kunjungi SEVVA lewat tautan ini.


Geevv

Geevv Founder | Foto
Preview

Ketika mendengar kata mesin pencari, mungkin akan terbesit nama besar seperti Google, Bing, dan sebagainya. Namun tahukah kamu bahwa ada mesin pencari lokal bernama Geevv?

Geevv merupakan mesin pencari berbasis sosial yang dibangun oleh dua mahasiswa Universitas Indonesia, Azka A. Silmi dan Andika Deni Prasetya. Lewat mesin pencari besutannya, Geevv mengajak pengguna menggunakan mesin pencari sekaligus berdonasi. Caranya, setiap pengguna melakukan pencarian lewat Geevv, keuntungan yang dihasilkan lewat monetisasi iklan akan disisihkan untuk lembaga sosial yang terpercaya.

Ide monetisasi berbasis sosial yang cukup keren  ini membuat saya memutuskan untuk menempatkan Geevv sebagai salah satu startup favorit saya di tahun ini.

Meski demikian, Geevv rupanya masih membeli API dari mesin cari Bing milik Microsoft. Hal ini menurut Aska dilakukan karena sulit dan mahalnya membangun indeks untuk menciptakan mesin pencari sendiri. Namun diakuinya Geevv perlahan-lahan akan membangun mesin pencarinya sendiri.

Ingin mencari informasi sekaligus berdonasi? Kunjungi situs di sini!


Septa Mellina

HelloBeauty

startup favorit TIA ID 2016 | HelloBeauty
Preview

Bingung mencari jasa penata rias wajah alias makeup artist yang dekat dengan lokasi, sesuai dengan selera makeup kamu, dan “bersahabat” dengan dompetmu? HelloBeauty bisa menjadi jawabannya. Marketplace penyedia jasa kecantikan ini menyediakan jasa makeup dan hair do, wedding makeup, pre-wedding, lamaran, ulang tahun, pesta, photoshoot, commercial, hingga makeup untuk sehari-hari.

Untuk menggunakan layanan ini, kamu cukup memilih lokasi dan tanggal pemesanan. Selanjutnya, laman situs HelloBeauty akan menampilkan daftar penata rias sesuai preferensimu. Soal harga, layanan kecantikan yang disajikan HelloBeauty berkisar mulai dari Rp250 ribu hingga lebih dari Rp10 juta.

Saya akui, mencari makeup artist memang gampang-gampang susah. Saya harus mempertimbangkan kualitas riasan, lokasi penata rias, serta waktu merias (biasanya makeup artist akan mengenakan biaya tambahan jika lokasi terlalu jauh dan waktu pengerjaan riasan terlalu pagi). Kadang, harga yang dibanderol bisa tak masuk akal.

Layanan yang ditawarkan HelloBeauty ini bisa menjadi solusi untuk menyiasati kerumitan memilih penata rias. Kamu bisa melihat foto hasil riasan sebelum memilih makeup artist. Besaran budget pun bisa kamu sesuaikan, begitu pula dengan lokasi penata rias. Menurut saya, kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan marketplace inilah yang membuatnya layak dimasukkan ke dalam daftar startup pilihan editorial Tech in Asia Indonesia.

Selain membantu para pengguna, marketplace besutan Dennish Tjandra ini juga berambisi untuk mendorong para penata rias untuk meningkatkan bisnisnya agar lebih maju. Hingga kini, layanan HelloBeauty tersedia di Jakarta, Bali, Surabaya, dan Bandung.

Sejak diluncurkan pada medio 2016 lalu, marketplace ini mengklaim telah menggandeng tiga ratus makeup artist dalam platformnya dan telah menerima 237 pemesanan. Harapannya, mereka bisa mendapat dua ratus pemesanan lagi hingga penghujung 2016 ini.

Ingin tampil cantik? Pilih makeup artist favoritmu di HelloBeauty!


Eragano

Tampilan Situs Eragano | Screenshot
Preview

Didorong oleh keinginan mereka untuk mengurangi kompleksitas masalah pertanian di tanah air, Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan akhirnya memutuskan untuk membuat startup yang menyediakan solusi lengkap bagi para petani bernama Eragano.

Solusi lengkap yang dimaksud meliputi penjualan perlengkapan pertanian dan pupuk, penjualan hasil panen, sistem pengelolaan sawah, hingga pemberian pinjaman kepada para petani. Eragano juga membuat sebuah portal media agar para petani bisa mengetahui berbagai informasi terkait dunia pertanian.

Ide unik yang diusung Eragano yang membuat saya melirik startup satu ini. Demi menyuguhkan solusi pertanian yang komprehensif, Eragano seolah-olah berdiri di antara dua pemain di startup pertanian sebelumnya, seperti iGrow dan LimaKilo. iGrow sendiri fokus pada pemanfaatan lahan kosong untuk pertanian, sementara LimaKilo fokus pada penjualan hasil panen petani.

Startup yang meraih penghargaan sebagai The Best Agriculture App dalam ajang The NextDev 2016 ini juga mengambil komisi dari setiap transaksi yang berlangsung di platform mereka. Besaran komisi berbeda-beda untuk tiap transaksi. Untuk pembelian perlengkapan pertanian, misalnya, mereka akan menarik komisi sekitar sepuluh persen. Sedangkan untuk penjualan hasil panen, Eragano mengambil komisi antara dua puluh hingga empat puluh persen.

Tertarik untuk mengetahui seluk-beluk pertanian? Unduh aplikasi Eragano lewat tautan berikut:

App Info
 
Preview
Review Star Android Yellow
Preview
Review Star Android Yellow
Preview
Review Star Android Yellow
Preview
Review Star Android Yellow
Preview
Review Star Android Yellow
Preview
Eragano - Aplikasi Petani
Eragano -  Jul 18, 2016
Genre:  Productivity
Size:   6.8M
Installs:   100 - 500
Gratis
Download
 

Pradipta Nugrahanto

Spasium

Spasium | Screenshot
Preview

Tahun ini, ranah startup tanah air banyak didominasi oleh layanan fintech dan on-demand jasa. Namun siapa sangka di bulan Februari lalu, Jay Adinata justru menerobos pasar dengan mendirikan Spasium, platform online penyedia artwork untuk kebutuhan rumahan sampai bangunan komersial seperti kantor, kafe, atau mal.

Membidik pasar kalangan muda yang ingin memberikan sentuhan artsy untuk interior, Spasium menawarkan harga yang terbilang relatif terjangkau untuk setiap artwork yang mereka pasarkan. Dari penelusuran saya, kamu bisa mendapatkan produk dari harga Rp1 jutaan saja.

Awalnya saya berpikir “Ah paling jadi lahan artis baru….” Tapi melihat nama-nama artis yang sudah menjadi rekanan, hampir bisa dipastikan kamu juga akan tercengang. Ada Anton Ismael, sampai seniman muda yang tengah naik daun seperti Sanchia Hamidjaja. Dan harganya? “Wow, ini jauh dari harga rata-rata karya mereka yang saya tahu sebelumnya,” batin saya.

Inilah yang membuat saya memutuskan memasukkan Spasium ke dalam daftar ini. Jay ternyata mengambil celah dengan memanfaatkan karya-karya “nganggur” milik artis-artis tersebut. “Biasanya mereka enggan memasarkan karya-karya yang menurut mereka hanya karya ‘iseng’ dan ternyata sangat banyak jumlahnya dan mereka (artis) cenderung tidak mau memikirkan masalah marketing,” tutur Jay. Tentu saja, karya-karya “iseng” yang kebanyakan tersimpan di dokumen pribadi tadi sebenarnya tetap memiliki nilai seni tinggi.

Spasium dengan tim kuratornya yang terdiri dari artis dan penikmat karya seni ini juga tidak sekadar menjual artwork, namun juga format cetaknya. “Kita yang memutuskan, nanti mau dicetak dengan medium apa. Nah tentunya sudah ada kesepakatan dengan artis, satu karya maksimal bisa dicetak berapa kali,” tutur Jay lagi.

Ingin mendapatkan karya seni berkualitas dengan harga terjangkau? Langsung saja kunjungi layanan Spasium di sini.


Bang Joni

Bang Joni Tampilan Layanan di LINE | Screenshot
Preview

Sejak menonton film Her, saya semakin tertarik dengan penyedia layanan teman virtual. Di pertengahan tahun 2016 ini, saya bertemu dengan Diatce Harahap (Ache) dan bercerita bila ia dan timnya yang memiliki platform teman virtual berbasis chat bot Bang Joni.

Eksekusi Bang Joni yang mengintegrasikan layanan mereka ke dalam platform yang sudah ada seperti Facebook Messenger dan Telegram adalah nilai plus tersendiri, utamanya karena kita tidak perlu mengunduh aplikasi baru dan juga solusi bagi pengguna smartphone yang memiliki memori internal dengan kapasitas terbatas.

Penggunaan Neuro Linguistic Programming (NLP) pada Bang Joni juga menurut saya merupakan strategi yang tepat untuk startup. Tidak banyak sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan respons juga bisa menjadi lebih cepat.

Meski layanan yang tersedia di Bang Joni masih terbatas, setidaknya saya banyak terbantu untuk mengetahui informasi kemacetan di jalan tol dan pembelian tiket pesawat. Bila saja Bang Joni segera menambah cakupan layanannya dan semakin mengenali maksud dari permintaan pengguna yang salah ketik (typo) maka bukan tidak mungkin bila layanan ini akan meroket di tahun 2017.

Coba layanan Bang Joni melalui tautan berikut ini.


Eka Santhika

Dimo

dimo-pay-by-qr-featured-
Preview

Pay by QR bisa digunakan membayar belanja online. Buka aplikasi pembayaran mobile yang kamu gunakan dan pindai kode QR yang tampak di layar monitor

Solusi pembayaran nontunai tengah menggejala. Bank, penyedia telekomunikasi, hingga startup teknologi berlomba menawarkan layanan pembayaran ini. Dimo adalah salah satu startup yang bergerak di bidang solusi mobile payment yang mengandalkan pembayaran dengan QR code. Layanan ini disebut Pay by QR.

Alih-alih membangun platform sendiri, Dimo mengintegrasikan layanannya ke layanan pembayaran mobile yang sudah dimiliki rekanannya. Layanan Dimo akan tampil dalam menu Pay by QR. Untuk melakukan pembayaran, konsumen cukup memindai kode QR dari merchant. Kode yang dipindai bisa didapat dari hasil cetak tagihan di kertas cetak mesin EDC, layar smartphone, poster, stiker, atau berupa tampilan QR code pada monitor komputer (untuk merchant e-commerce).

Layanan Dimo menurut saya menarik karena kemudahan penggunaan dari sisi pengguna dan merchant. Bagi merchant, penambahan saluran pembayaran nontunai ini tak membebani mereka dengan keharusan menambah infrastruktur. Solusi ini juga bisa digunakan untuk merchant e-commerce yang berjualan online dan offline yang punya toko fisik. Sangat menarik.

Sementara bagi pengguna, layanan Dimo cepat dan mudah digunakan. Pertama, saldo kamu disimpan di cloud. Ini berarti kamu bisa akses dari mana pun. Jika perangkat hilang, saldo tak akan hilang. Tidak seperti pembayaran menggunakan kartu yang menyimpan data di cip. Kedua, proses pembayaran lebih cepat karena hanya perlu memindai kode QR. Proses ini tidak seperti beberapa metode pembayaran mobile lain yang harus generate kode unik terlebih dulu dan diinput oleh kasir.

Lebih jauh mengenai Dimo Pay by QR, cek layanannya di sini.


Gadjian

Aplikasi Gadjian | Featured Image
Preview
Gadjian adalah layanan pengelolaan administrasi SDM untuk UKM. Dengan layanan ini  kamu bisa mengatur penghitungan slip gaji, THR, serta pengelolaan cuti. Fitur Gadjian juga sudah disesuaikan dengan aturan pemerintah untuk UKM.

Jadi disediakan penghitungan gaji karyawan tetap atau harian lepas secara bulanan maupun mingguan, THR, BPJS, pajak penghasilan (PPh 21), cuti tahunan, cuti bersama, hingga izin khusus sesuai peraturan pemerintah (seperti cuti hamil, menikah, dan sebagainya).

Fitur-fitur ini menurut saya bisa menjadi nilai tambah Gadjian. Sebab, Co-Founder dan CEO Gadjian Afia R. Fitriati, mengakui bahwa banyak perusahan kewalahan mengurus administrasi SDM UKM di Indonesia sangat rumit dan unik.

Gadjian fokus pada perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah di Indonesia. Layanan ini digelar sebagai layanan SaaS (software as a service) alias layanan sewa software. Artinya, semakin banyak admin yang diberi akses ke Gadjian, maka biaya sewa makin tinggi.

Begitu juga dengan fitur-fiturnya. Semakin lengkap fitur yang dipilih, akan meningkatkan biaya sewa. Gadjian juga menwarkan layanan freemium. Sehingga kamu bisa mencoba gratis layanan Gadjian terlebih dulu.

Lebih lanjut soal Gadjian, kamu bisa cek situsnya di sini.


Itulah kesepuluh startup yang mendapat sorotan tim editorial Tech in Asia Indonesia di sepanjang tahun 2016. Apakah kamu juga mempunyai startup favorit? Jangan ragu untuk membagikan startup favorit kamu di kolom komentar di bawah ini.

The post 10 Startup Indonesia Favorit Editorial Tech in Asia Indonesia di 2016 appeared first on Tech in Asia Indonesia.

populerRelated Article