Home
/
News

12 Jam Kerusuhan, Polri Masih Negosiasi di Mako Brimob

12 Jam Kerusuhan, Polri Masih Negosiasi di Mako Brimob
DHF09 May 2018
Bagikan :

Kepolisian membantah ada anggota Brimob yang disandera oleh narapidana terorisme dalam kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, pada Selasa (8/5) malam. Situasi disebut sudah terkendali, namun proses negosiasi dengan para narapidana teroris yang terlibat kerusuhsan masih terus dilakukan.

"Situasi dapat kami kendalikan sejauh ini. Kami sedang melakukan tahapan-tahapan untuk melakukan komunikasi, pendekatan soft approach. Ya, negosiasi," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Rabu (9/5) siang.

Kerusuhan di Mako Brimob pada Selasa malam terjadi sekitar pukul 22.00 WIB. Kerusuhan diduga dipicu persoalan makanan kiriman dari keluarga yang harus diperiksa petugas. Napi tak terima pemeriksaan makanan ini dan protes. 

Korban luka berjatuhan baik di pihak kepolisian maupun narapidana teroris. 

Salah satu sumber CNNIndonesia.com menyebutkan setidaknya empat anggota kepolisian mengalami luka di antaranya memar di mata dan mulut, luka sobek dalam di kepala bagian belakang, serta luka akibat terkena lemparan asbak.

Informasi ini sejalan dengan keterangan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Argo Yuwono.

Argo menyatakan empat polisi yang terluka adalah Inspektur Satu Sulastri, Brigadir Haris, Brigadir Saru Hadi Nata, dan Brigadir Dua Rahmadan.

Iqbal sendiri belum bisa merinci jumlah total korban dari kedua belah pihak. Dia pun tak memberi informasi soal rumah sakit yang menjadi rujukan korban kerusuhan di Mako Brimob.

"Sekarang masih dalam proses negosiasi. Kami minta doa kepada teman-teman semua bahwa kami dapat segera menuntaskan ini," ujar Iqbal.

Sebelumnya, pengamat terorisme Harits Abu Ulya mendesak polisi menjelaskan secara transparan kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua. 

Penjelasan yang transparan dianggap penting untuk meredam spekulasi publik terhadap peristiwa tersebut, termasuk dugaan kemungkinan rekayasa dalam peristiwa itu. 

"Biar publik tidak berspekulasi maka alangkah baiknya jika pihak kepolisian transparan membeber kronologi yang sebenar-benarnya," kata Abu Harits.

Berita Terkait

populerRelated Article