Home
/
Digilife

20 Juta Data Pelanggan Diduga Bocor, Gojek: Itu Hoaks!

20 Juta Data Pelanggan Diduga Bocor, Gojek: Itu Hoaks!
Vina Insyani23 August 2022
Bagikan :

Uzone.id - Kabar soal kebocoran data terus-menerus menyeruak ke permukaan, apalagi di media sosial seperti Twitter. Entah siapa yang menyebarkannya lebih dulu, tapi isu ini sukses bikin warga Indonesia khawatir akan data-data pribadi mereka.

Belum juga reda kehebohan soal data PLN, BIN hingga Polri yang dikabarkan bocor, sekarang giliran data Gojek yang dikabarkan dibobol peretas.

Menanggapi kabar simpang siur ini, Audrey Petriny selaku Deputy Chief Corporate Affairs Gojek mengatakan kalau tim information security perusahaan telah melakukan penelusuran mendalam terkait kabar ini. Dan hasilnya, tidak ditemukan adanya kebocoran data.

“Sejalan dengan ini, perusahaan menegaskan bahwa kabar yang menyebut adanya data pengguna Gojek yang bocor adalah tidak benar atau hoaks,” tegasnya.

Baca juga: Telkom Tegaskan Kebocoran Data IndiHome Direkayasa

Jadi, kabar yang beredar di warganet ini kemungkinan besar merupakan misinformasi atau pun hoaks.

Sebelumnya, kabar kebocoran data ini dibagikan oleh akun bernama @ndagels pada Senin malam (22/8). Kini postingan tersebut sudah dihapus, namun sempat bikin riuh warganet Indonesia, khususnya pengguna Gojek.

(yang kini sudah dihapus postingannya). Akun tersebut pertama kali membagikan sebuah tangkapan layar di mana tertulis ‘Gojek Customer Data 2022’ sebagai headline dari data tersebut.

FaszEJ8VQAIVsLm
Preview

Selanjutnya, penyebar data ini merupakan akun bernama Apocalypse99. Dalam keterangannya, data tersebut berukuran 200 GB dengan jumlah data hingga 20 juta berisi nama, tanggal lahir, nomor telepon, password, data makanan yang di order, bahkan trip terakhir. Untuk sample datanya, sang peretas menuliskan keterangan ‘coming soon’.

Baca juga: Heboh Data Agen Rahasia Bocor, Ini Tanggapan BIN

Akhir-akhir ini banyak oknum yang membuat huru-hara di kalangan masyarakat Indonesia mengenai kebocoran data di berbagai organisasi, namun kebanyakan data-data yang mereka jual-belikan merupakan data yang tidak valid.

Bahkan, organisasi dan instansi negara yang diklaim peretas telah dibobol datanya menegaskan kalau data-data mereka tetap aman dan tidak ada kebocoran data dalam sistemnya.

populerRelated Article