3 Astronaut Habiskan 168 Hari di Antariksa, Apa Pengaruhnya ke Tubuh?
Uzone.id - Pekerjaan astronaut selalu menarik perhatian. Demi menjalankan penelitian atau ‘sekadar’ membetulkan komponen di satelit luar angkasa, mereka harus rela menghabiskan waktu yang gak sebentar di luar Bumi.
Tiga antariksawan dari Amerika Serikat dan Rusia hari ini, Rabu (28/2) ‘pulang kampung’ ke Bumi setelah menghabiskan 168 hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS). Mereka adalah Mark Vande Hei dan Joe Acaba dari NASA, serta Alexander Misurkin dari Roscosmos, Rusia.Ketiganya diangkut menggunakan pesawat Soyuz MS-06 dengan perkiraan durasi tiga setengah jam perjalanan dari ISS menuju Kazakhstan.
Kalau kamu penasaran, selama di ISS mereka melakukan investigasi dan riset tentang biologi, bioteknologi, serta materi sains lainnya.
Tapi, kamu pernah terpikirkan gak, menghabiskan waktu lebih dari 100 hari di antariksa, rasanya apa, ya? Bisa jadi kangen keluarga dan pacar, kangen jalan-jalan di rerumputan, sampe ngidam ketoprak. Kalau orang Barat yaaa kemungkinan ngidamnya burger atau sirloin steak.
Soal kangen-kangenan sih, gak usah ditanya. Yang paling penting adalah, apa pengaruhnya ke tubuh?
Kamu tahu sendiri ‘kan, namanya juga berada di luar Bumi, tentu tubuh kita harus menyesuaikan berbagai hal karena sejatinya antariksa itu adalah lingkungan yang tidak ideal untuk tubuh kita yang terbiasa dengan Bumi.
Pertama, sistem otot kerangka tubuh adalah sistem organ terbesar yang ada di tubuh manusia. Ratusan otot di tubuh manusia digunakan untuk mengatur postur, mulai dari duduk, berdiri. Tiap gerakan yang manusia lakukan turut dipengaruhi oleh gravitasi di Bumi.
Nah, tim peneliti menemukan bahwa 37 kru antariksa mengalami penurunan kekuatan isokinetik antara 8 persen sampai 17 persen. Hal ini terjadi pada perempuan dan laki-laki. Dengan kata lain, para astronaut itu kehilangan massa otot yang berujung pada kurangnya kekuatan.
Mengutip berbagai sumber, dari data peneliti menunjukkan sekitar 30 persen kekuatan otot manusia itu berkurang setelah menghabiskan 110 sampai 237 hari di lingkungan mikrogravitasi.
Kedua, sistem kardiovaskular termasuk jantung manusia itu dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Supaya kamu gak bingung, pembuluh darah di kaki kita itu ‘kan bekerja berlawanan dengan gravitasi supaya darah mengalir kembali ke jantung.
Lalu… tanpa gravitasi, jantung dan pembuluh darah berubah, gaes.
Ukuran hingga massa jantung manusia diyakini berubah selama di antariksa, serta denyut jantung (angka detak per menit) juga lebih rendah dibanding di Bumi. Gak cuma denyut, tapi juga tekanan darah bakal lebih rendah jika kita menghabiskan waktu di luar angkasa.
Tambahan, nih. Tanpa gravitasi, semakin banyak jumlah darah yang berada di kaki sehingga darah yang mengalir ke jantung semakin sedikit.
Ketiga, di antariksa itu tulang di tubuh kita mengalami penurunan kepadatan mineral. Dengan kata lain, manusia bakal kehilangan sekitar 3,5 persen tulang setelah menjalani misi di luar angkasa selama 16 sampai 28 pekan.
Keempat, sistem imun manusia melemah.
Alasannya beragam, gaes. Mulai dari radiasi antariksa, mikrogravitasi, stres, isolasi, hingga siklus tidur 24 jam. Apalagi, para astronaut itu berinteraksi dengan mikroba dari makanan, teman kru, dan lingkungan sekitar ISS.