5 Alasan Kenapa Kami Malas Pakai Vespa buat Sehari-hari
Uzone.id - Siapa yang gak tau Vespa? Sejak era 2-tak sampai sekarang versi matik pun, merek ikonik ini masih tetap punya penggemar maniak di seluruh dunia.
Nah, kami pun penasaran untuk mencoba harian Vespa matik Sprint S, yang belum lama ini diluncurkan versi penyegarannya.Ada sejumlah ubahan detail pada versi facelift 2024 ini, terutama kami sangat menyukai pilihan warna-warna barunya yang segar.
Setelah menggunakan dalam beberapa hari, kami pun menemukan sejumlah kelemahan menurut selera kami, yang membuat malas menggunakan Vespa untuk harian. Apa saja?
Handling
Dari dulu sampai sekarang, soal handling Vespa memang agak aneh, terutama untuk awam. Tak terkecuali Vespa Sprint S ini.
Kami butuh penyesuaian khusus sebelum benar-benar bisa menikmati riding pakai Vespa Sprint S ini, terutama di kemacetan lalu lintas seperti Jakarta dan sekitarnya.
Vespa menggunakan rangka model monocoque, dimana rangka tersebut sekaligus juga jadi bodinya. Sehingga materialnya didominasi besi dan minim plastik.
Rangka jenis monocoque sebenarnya cukup baik, dan banyak digunakan pada mobil. Rangka jenis ini cenderung kaku dan stift, serta sensasi seolah seluruh motor menyatu.
Namun dengan lingkar roda 12 inci yang imut, serta sistem suspensi tunggal baik di depan dan belakang, membuat secara ergonomi motor ini jadi lebih liar ketika dikendarai.
Ada sensasi seperti hendak jatuh ketika bermanuver di jalan sempit atau ketika menembus kemacetan yang padat. Ini yang membuat kami malas pakai Vespa untuk harian.
Gas dan rem keras
Kedua hal ini sebenarnya masih terkait dengan pembahasan handling, yang membuat pengalaman kami menggunakan Vespa jadi kurang nyaman.
Pertama kami merasakan putaran selongsong gas yang keras dan tidak seringan motor-motor Jepang sekelasnya.
Kondisi tersebut juga diperparah dengan feeling pengereman yang juga kurang baik. Salah satunya, kerasnya tuas rem saat di tarik, serta feedback pengereman yang sulit diprediksi.
Vespa Sprint S ini dibekali rem cakram untuk roda depan, sementara untuk rem belakang masih mengandalkan tromol. Dua jenis rem ini pula yang membuat feeling pengereman depan dan belakang berbeda.
Sokbreaker
Vespa tidak empuk, untungnya jok empuk dan lembut. Selain itu, tipe suspensi tunggal Vespa Sprint S tersebut juga punya jarak main suspensi yang pendek.
Ini sangat menganggu ketika melibas jalan bergelombang maupun polisi tidur. Selain itu, suspensi belakang pun terasa mengayun dan kurang stabil saat bermanuver.
Bagasi kurang luas
Salah satu nilai minus Vespa Sprint S juga soal akomodasi dan kepraktisan yang menurut kami terbatas. Terutam,a soal jumlah dan kapasitasnya.
Sudah lumrah motor-motor matik sekarang yang menawarkan bagasi luas. Vespa Sprint S pun sebenarnya punya bagasi lumayan luas, berkapasitas 24 liter.
Klaimnya ruang bagasi ini bisa menampung helm full face, jaket dan juga jas hujan. Namun, untuk tas backpack yang berisi laptop ukuran 13 inci, ternyata tidak bisa masuk sempurna ke bagasinya.
Konsumsi BBM boros
Vespa membekali Sprint S dengan mesin berkapasitas 150cc dengan teknologi i-Get berkonfigurasi 3 katup. Mesin ini menghasilkan tenaga sebesar 11,9 hp dan torsinya 12,7 nm.
Secara tenaga kami merasakan akselarasi yang lumayan responsif dan tenaganya berisi. CVT pun dengan baik meladeni kemauan mesin.
Hanya saja, untuk motor berkapasitas 150cc, urusan efisiensi BBM memang tidak seirit motor-motor Jepang sekelasnya.
Catatan kami berdasarkan MID dengan menggunakan BBM RON 92 sejenis Pertamax, konsumsi BBM yang didapat berkisar di angka 29-33 km per liter.
Kesimpulan
Sejumlah impresi tersebut tentu saja subjektif dan berdasar dari pengetesan kami. Hasil atau rasanya pasti akan berbeda-beda pada setiap pengemudi.
Dan pastinya, dengan sejumlah kekurangan tersebut, menurut kami Vespa ya tetap Vespa — sebuah motor hobi yang layak dikoleksi, yang punya penggemar fanatik dan dibeli untuk memanjakan emosional pemiliknya.