5 Fakta Soal 5G Indosat, dari Harga Paket Hingga Cara Aktifkan Jaringan
Foto: dok. Indosat Ooredoo
Uzone.id -- Resmi sudah, Indonesia memiliki dua operator seluler yang telah menyediakan jaringan 5G untuk umum secara komersial. Setelah Telkomsel, kini Indosat Ooredoo yang meluncurkan 5G dan ada beberapa hal yang layak diketahui mengenai jaringan anyar ini.Sama seperti halnya 4G, tentu butuh waktu untuk menyebarkan jaringan 5G sampai ke pelosok negeri. Untuk Indosat sendiri, operator ini memilih lima kota pertama di Indonesia untuk merilis 5G, di antaranya Solo, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan.
Sembari menanti ekspansi 5G yang lebih menyeluruh, ada beberapa hal menarik yang harus diketahui dari jaringan 5G Indosat ini.
Berikut rangkumannya.
1. Berapa tarifnya?
Dari penjelasan SVP-Head of Business Planning Indosat Ooredoo Shatya Framudia, untuk saat ini layanan 5G dapat dinikmati melalui paket internet existing, alias yang sudah ada.
“5G kita ini bisa dirasakan melalui produk existing seperti Freedom Internet all variant, dan Prime. Untuk harga, berkisar di atas Rp100 ribu, itu sudah bisa mencoba layanan 5G,” tutur Shatya di sela acara peluncuran 5G secara virtual, Selasa (22/6).
Sejauh ini, Shatya mengatakan paket-paket tersebut sudah tersedia di layanan aktivasi Indosat. Sementara untuk mengatur harga, tim Indosat masih akan terus menggodok lebih jauh seiring mereka edukasi ke masyarakat mengenai 5G.
Baca juga: Berapa Kecepatan 5G Indosat Ooredoo?
“Kami akan riset lebih jauh mengenai kebutuhan masyarakat seperti apa serta perkiraan harga yang sesuai -- apakah kenaikan 20-25 persen itu akan relevan atau tidak,” sambung Shatya.
2. Perlu ganti kartu?
Sama seperti Telkomsel, Indosat tidak mengharuskan pelanggan sampai ganti SIM card hanya untuk menikmati jaringan 4G.
“Tinggal pakai kartu 4G yang selama ini digunakan, tinggal ke gerai Indosat untuk aktivasi 5G. Selama menggunakan ponsel yang mendukung 5G, pakai paket data Indosat yang juga dikhususkan untuk 5G, dan berada di lokasi 5G kami, harusnya sudah bisa mencoba,” kata Shatya.
3. Siapa target konsumen 5G Indosat?
Dari penuturan Shatya, jaringan 5G ditujukan bagi para pelanggan existing Indosat yang rata-rata sudah menggunakan jaringan 4G, kemudian pelanggan secara umum yang terbiasa menggunakan layanan data dalam skala tinggi, serta pasar atau pelanggan korporasi.
“Tak lupa kami juga mendukung pelaku UMKM agar turut menikmati 5G ke depannya untuk meningkatkan skala bisnis,” imbuh Shatya lagi.
4. Seberapa efisien setelah pakai 5G?
Salah satu hal yang dinantikan dengan adanya 5G adalah ekosistem IoT (Internet of Things) yang dapat memberdayakan industri manufaktur. Kecepatan tinggi dan latency yang sangat rendah, tentu diharapkan akan membantu efisiensi bisnis.
Baca juga: 5G Indosat Pakai Frekuensi 1.800 MHz, Apa Bedanya dengan 2,3 GHz?
“5G bisa mereduksi proses yang tadinya memakan waktu agak lama, sekarang jadi lebih efisien, khususnya di manufaktur. Bisa mencapai 40 sampai 50 persen peningkatannya, tergantung dari kondisi manufaktur itu sendiri. Nantinya, ketika ekosistem semakin maju maka inovasi teknologi semakin meningkat dan otomasi menjadi bagian dari industri,” jelas Chief Business Officer Indosat Ooredoo, Bayu Hanantasena di acara yang sama.
5. Dorong Indonesia jadi Digital Powerhouse
Dengan menghadirkan 5G, Indosat telah memproyeksikan beberapa kemajuan yang nantinya akan berkembang di Indonesia. Selain IoT, ada juga AI (Artificial Intelligence) hingga Smart City.
Dengan adanya teknologi AI dan IoT, jaringan 5G dapat berperan dalam sektor logistik dan rantai pasokan, seperti pengiriman vaksin atau obat-obatan yang membutuhkan kondisi khusus, mulai dari konsistensi hingga suhu.
Lalu digitalisasi sektor edukasi dan kesehatan yang juga diprediksi akan semakin maju dan memudahkan masyarakat sehari-hari. Contohnya, area sekolah yang akan terus dikembangkan dan terpapar jaringan serba cepat.
“Tak lupa mewujudkan konsep Smart City yang dapat mendorong ekosistem dan inovasi baru yang saling terkait. Hal ini akan mengakselerasi ekosistem digital Tanah Air dan pada akhirnya mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi Digital Powerhouse,” tutup Shatya.