5 Makanan Tradisional yang Ada di Upacara Adat Jawa
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Jawa memang dikenal masih memegang teguh adat dan kebudayaannya. Bahkan setiap peringatan hari besar selalu diiringi dengan upacara adat yang sarat makna, mulai dari syukuran untuk kelahiran anak, pernikahan, hingga saat upacara pemakaman.
Dalam upacara adat di Tanah Jawa, makanan merupakan salah satu elemen yang tidak dapat dilupakan. Tak hanya sebagai pengganjal perut atau pelengkap acara, berbagai makanan juga berfungsi sebagai simbol dan 'penyambung' doa, serta rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa.Biasanya makanan yang disajikan saat upacara adat Jawa adalah kudapan-kudapan tradisional seperti aneka kue basah, lauk-pauk berbumbu rempah, hingga hasil kebun yang diolah secara sederhana. Ingin tahu lebih banyak? Berikut kumparanFOOD ulas lima makanan tradisional yang sering disajikan sebagai pelengkap upacara adat di Jawa.
1. Bubur merah putih
Bubur merah putih merupakan makanan tradisional yang harus ada untuk menyambut kelahiran seorang anak ke dunia. Sesuai namanya, sajian ini memang terdiri dari dua macam bubur, yakni jenang abang atau bubur merah bercita rasa manis dan jenang putih yang gurih.
Dua jenis bubur ini melambangkan proses terbentuknya manusia baru dari seorang laki-laki yang dilambangkan dengan jenang putih dan perempuan yang disimbolkan dengan jenang abang manis. Selain itu, tekstur halus dan rasa manis yang ada pada bubur merah putih merupakan bentuk doa orang tua agar bayi dapat tumbuh dengan baik serta dapat menjalani kehidupan yang manis layaknya bubur.
2. Tumpeng
Tumpeng merupakan sajian tradisional yang sering disajikan sebagai lambang rasa syukur setelah mendapatkan rezeki. Terbuat dari nasi kuning berbentuk kerucut yang disajikan bersama tujuh jenis lauk, tumpeng biasanya disajikan saat syukuran ulang tahun, peresmian gedung, hingga menu utama di malam tirakatan setiap 17 Agustus.
Dalam bahasa Jawa, tumpeng merupakan akronim dari kalimat yen metu kudu sing mempeng atau 'kalau keluar harus sungguh-sungguh'. Kata-kata tersebut memiliki arti bahwa dalam melakukan segala sesuatu, manusia harus bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa. Selain itu bentuk nasinya yang mengerucut ke atas melambangkan harapan doa agar selalu aman dan sejahtera.
3. Bubur Suro
Sesuai namanya, bubur Suro merupakan sajian tradisional untuk menyambut datangnya hari pertama di bulan Sura yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah. Terdiri dari bubur gurih yang disiram kuah kuning dan sambal goreng pedas, bubur Suro melambangkan rasa syukur atas kesehatan dan rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Menariknya, dalam tradisi Jawa, bubur Suro harus disajikan bersama tujuh jenis kacang seperti kacang mede, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, hingga kacang tolo atau kacang kedelai. Tujuh jenis kacang tersebut melambangkan rasa syukur yang harus selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa selama tujuh hari dalam seminggu.
4. Gunungan
Gunungan berisi berbagai makanan tradisional hampir selalu ada di setiap upacara Grebeg yang sering diselenggarakan di wilayah Keraton Yogyakarta. Dalam satu gunungan, umumnya berisi aneka sajian mulai dari nasi, lauk-pauk, aneka jenang dan kue basah, hingga sayuran seperti terong, kacang panjang, serta buah-buahan.
Bentuknya yang besar melambangkan rasa syukur akan rezeki melimpah yang diberikah oleh Tuhan, serta doa akan senantiasa diberi keselamatan dan kemakmuran. Sebelum dibagikan kepada masyarakat, gunungan akan diarak keliling kota dengan cara ditandu oleh abdi dalem keraton.
Banyak orang percaya bahwa menyantap makanan yang ada di dalam gunungan akan mendatangkan keberkahan serta rezeki. Tak heran, gunungan menjadi salah satu sajian yang ditunggu banyak orang dan selalu habis diperebutkan saat upacara Grebeg.
5. Kupat Lepet
Seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri, beberapa daerah di Jawa selalu mengadakan Lebaran Ketupat atau lebih dikenal dengan nama Kupatan. Saat Kupatan, ada satu makanan yang wajib ada yaitu kupat lepet. Terbuat dari campuran beras ketan, kelapa parut, dan kacang tanah, kupat lepet merupakan simbol meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat kepada orang lain.
Selain itu, kupat lepet juga harus dibungkus menggunakan janur lalu diikat kencang mengelilingi kupat lepet. Daun janur melambangkan nur atau cahaya, sedangkan ikatan yang mengelilingi kupat lepet memiliki arti persaudaraan yang erat dan tak gampang putus.