Dari Minim Literasi Sampai YOLO, ini 5 Masalah Finansial di Kalangan Milenial
-
Uzone.id -- “Kalau gue beli tas Supreme bulan depan, gue harus siap makan malem di kaki lima selama dua minggu berturut-turut, nich. Kalau uang kost kurang, minjem nyokap dulu aja kali, yach. Gak papa dech, yang penting kompak sama geng yang pada pake Supreme.”
Aduh, demi seonggok tas merk kekinian, yakni Supreme yang harganya bisa menghidupi kamu selama dua sampai tiga minggu itu kamu rela makan di kaki lima yang belum tentu sehat dan bersih 100 persen.Belum lagi kalau maksain ada bujet atau kewajiban lain yang harus dikorbankan cuma buat memuaskan nafsu belanja belaka karena takut dianggap nggak hits yang sebenarnya nggak penting-penting amat.
Baca juga: 5 Alasan Milenial Kenapa Lebih Suka Transaksi Cashless
Itu adalah salah satu ilustrasi sederhana dari fenomena masalah keuangan yang kerap menimpa kaum milenial saat ini. Gue nggak ngasal lho, berikut ada 5 hal masalah finansial yang sering hadir di kehidupan milenial menurut Aakar Abyasa Fidzuno sebagai CEO dan co-founder Jouska, perusahaan konsultasi keuangan yang aktif di media sosial.
1. Pengeluaran lebih banyak ketimbang pemasukan
Wih, ini kayaknya sering terjadi ya, gaes? Ha ha ha. Hal ini beneran langsung diutarakan oleh Aakar.
“Mereka paling sering ngeluh tentang lebih besar pasak daripada tiang. Mereka masih clueless gimana caranya mengatur pengeluaran dan menabung uang sesuai pos-posnya,” ujar Aakar kepada Uzone.id saat ditemui pada 2 Agustus lalu di Jakarta Pusat.
Ketika gue bertanya ke sejumlah teman yang rata-rata sudah bekerja selama dua sampai tiga tahun, mereka memang pernah mengalami masa di mana pendapatan mereka itu terasa begitu ‘kecil’ dibandingkan jumlah yang harus dikeluarkan.
“Paling sering itu perkara bayar kost. Padahal udah berhitung dari awal, tapi ada aja kurangnya untuk hidup gara-gara harus bayar kost. Kadang juga karena lembur yang membuat gue jadi makan terus, lalu hal-hal impulsif seperti perawatan. Memang harus dihitung banget sih kalau mau ngeluarin duit,” ujar Dinda.
2. Lebih fokus ke kebutuhan sekunder dan tersier
Poin ini agak sedikit berbeda dari poin pertama. Bukan perkara pendapatannya pas-pasan, tapi lebih kepada cara milenial menghabiskan uang tersebut.
“Mereka biasanya fokus untuk senang-senang gitu. Untuk hangout, jalan-jalan. Jadi uangnya habis untuk kebutuhan sekunder bahkan tersier. Lupa untuk ditabungin,” lanjut Aakar.
Ada yang punya masalah yang sama nggak, nih? Padahal menurut Aarka sebetulnya nggak apa-apa untuk punya waktu have fun, tapi jangan lupa diberi bujet untuk tiap kegiatan, plus bujet nabung tentunya!
3. Kena ‘wabah’ YOLO dan FOMO
Meskipun gue termasuk golongan milenial, gue ngakak (dalam hati sih) ketika Aarka nyebut poin satu ini.
Kalian tahu lah ya, YOLO kepanjangannya You Only Live Once, istilah super hits yang kurang lebih memiliki arti harus menikmati hidup karena hidup itu hanya sekali… jadi dampaknya, segala halnya dilakukan serba maksimal di masa sekarang tanpa harus pusing mikirin ke depannya.
Sementara FOMO, Fear of Missing Out, ini artinya kecemasan yang dirasakan seseorang karena dirinya nggak mengalami suatu hal “menyenangkan” seperti orang lain, biasanya hal-hal yang dia lihat melalui media sosial. Jadi intinya, FOMO ini ungkapan bagi orang yang takut ketinggalan tren.
“Wabah YOLO dan FOMO ini juga lumayan berpengaruh bagi kondisi keuangan milenial. Mereka rela mengorbankan uang untuk mengikuti suatu tren yang memang sedang hits, untuk memuaskan dirinya sendiri dan ngerasa bahwa dia sudah menjadi bagian dari tren itu,” terang Aakar.
Serem juga sih, gaes… sebenarnya bukan salah media sosial sih, tapi lagi-lagi ini menjadi pengingat bahwa semakin ke sini, kita perlu bijak dalam menyikapi tren. Kalau ada tren traveling ke Indonesia Timur dan kamu ngiler, ya coba dipikirin lagi. Nggak salah kalau kamu jadi kepincut, tapi jika keuangan belum memadai, kamu bisa nabung secara berkala. Kalau memang kamu murni niat pergi ke sana, pasti kesampaian kok.
4. Literasi finansial masih minim
“Financial literacy di kalangan milenial itu masih minim banget. Jadi nggak ada salahnya mencari tahu dari berbagai sumber, di media sosial juga banyak, tentang informasi penting seputar finansial,” begitu ujar Aakar.
Tapi memang benar gaes, meskipun finansial itu image-nya membosankan dan bikin ruwet, tapi penting sifatnya untuk tahu. Mulai dari kiat menabung, apa pentingnya investasi, reksadana, bunga di bank, dan lain sebagainya.
5. Nggak menyiapkan masa depan dengan matang
Masa depan itu real. It is happening right now, bahkan. Jadi jangan lagi deh ada pikiran kalau masa depan itu masih jauh, masih lama, dan lain sebagainya.
“Harus sadar bahwa masa depan itu harus dipersiapkan dari sekarang. Ada baiknya belajar tentang investasi untuk anak muda seperti apa, dan cara mempraktikannya seperti apa dari sekarang. Perencanaan itu penting,” kata Aakar menutup perbincangan.
Kamu pernah mengalami masalah yang sama nggak, gaes?