7 Kuliner Langka yang Hampir Punah di Indonesia
Bubur Ase Mpo Neh. (Foto: Birgitta Ajeng/Uzone.id)
Uzone.id - Indonesia memiliki bermacam-macam makanan unik dan lezat, mulai dari rendang, sate, gudeg, soto, gado-gado, pempek, dan lainnya. Namun, di antara beragam sajian tersebut, ada beberapa kuliner yang sudah langka di Indonesia.Beberapa waktu lalu, Uzone.id sudah membahas tentang tiga kuliner langka Indonesia yang dihadirkan di Festival Jajanan Bango. Ketiga kuliner tersebut, yaitu Bubur Ase Mpo Neh, Cungkring Bogor, dan Soto Tangkar dan Sate Kuah Pak H. Diding.
Namun gak cuma itu, beberapa kuliner berikut ini katanya juga sudah langkah di Indonesia.
Baca juga: Pasar Hutan Ranolewo, Ada Pasar di Tengah Hutan?
Garang Masak Solo
Garang Masak Solo merupakan varian dari berbagai hidangan yang disajikan di kedai sate dan gulai kambing. Sayang, menu ini tidak selalu tersedia.
Hidangan khas Solo ini berupa daging kambing yang dibakar alias digarang terlebih dahulu, sebelum dimasak.
Sekilas, hidangan ini mirip tongseng. Namun, yang menjadi pembeda adalah rasa daging yang dibakar di atas tungku arang, sehingga menimbulkan aroma asap yang khas.
Orem-Orem Malang
Orem-orem adalah makanan disajikan mirip ketupat sayur, tapi menggunakan tempe yang diiris tipis kotak-kotak dicampur dalam kuah berisi santan. Kuahnya mirip seperti kuah opor, tapi lebih encer.
Baca juga: 5 Hotel Ciamik di Bawah Rp 500 Ribu di Kuta Bali
Penyajiannya sangat sederhana, ketupat dipotong dan ditata di atas piring, lalu diberi tauge rebus, setelah itu disiram dengan kuah santan dan tempe.
Orem-orem bisa dinikmati dengan lauk tambahan yang tersedia seperti tempe goreng, mendol (tempe khas Malang), tahu bunder, atau kerupuk udang. Orem-orem yang disajikan dengan kuah hangat mulai langka di Indonesia.
Mi Kopyok Semarang
Kamu pernah mendengar kata “kopyok”? Ya, kopyok adalah cara untuk mematangkan atau menghangatkan mi. Jadi, mi kuning bersama tauge dimasukkan dalam wadah khusus yang kemudian dicelup-celupkan ke air panas.
Baca juga: Sate Campur Kuah Soto, Nyamm.. Kamu Harus Coba Sate Matang Khas Aceh
Mie kopyok sendiri disajikan bersama potongan lontong, irisan tahu pong, tauge, irisan daun seledri, taburan bawang goreng. Kemudian, mi kopyok disiram dengan kuah kaldu rempah yang beraroma bawang putih.
Kamu dapat melengkapi sajian ini dengan remukan karak (kerupuk nasi), kecap, serta sambal.
Brongkos Kepala Kambing Temanggung
Brongkos merupakan khas Jawa yang diolah menggunakan kluwek sebagai bahan dasar. Isian brongkos pun bermacam-macam, seperti kacang tolo, tahu kulit, daging tetelan, atau lainnya.
Baca juga: Ini Rangkaian Acara Ambon Extravaganza, Perhelatan Menuju Smart City
Namun, brongkos yang disajikan di Temanggung, Jawa Tengah, ini berbeda. Brongkos ini tidak menggunakan banyak kluwek, sehingga warna kuahnya hanya kecoklatan dengan campuran warna bumbu dan kecap manis.
Isiannya pun berbeda dengan brongkos pada umumnya. Di Temanggung, kepala kambing serta kaki kambing menjadi isian brongkos.
Seluruh bagian dari kepala dimasak, dari pipi, lidah, kuping dan juga otak kambing. Brongkos juga sering disajikan dengan sayur empis tahu dan tambahan sambal bagi yang merasa belum cukup pedas. Sebagai tambahan, dapat disajikan dengan sepiring irisan timun dan lalapan lainnya.
Baca juga: Ambon Bakal Ditetapkan jadi Kota Musik
Pindang Cengcoang Tangerang
Hidangan ini merupakan makanan khas Tangerang dan berhubungan dengan etnis Tionghoa di sana, khususnya masyarakat yang menghuni daerah Benteng (nama lama Tangerang).
Dulu ikan yang digunakan adalah ikan samge atau ikan tiga muka yang biasanya disajikan saat Imlek. Selain ikan samge, hidangan pindang ini juga bisa disajikan dengan ikan tenggiri maupun ikan bandeng.
Bahan dan cara pembuatannya cukup sederhana, ikan yang sudah digoreng sebentar, kemudian dilanjutkan dengan menumis seluruh bahan yang diolah menggunakan bawang putih, cabe merah, jahe, tauco, minyak wijen, kecap ikan, seledri, dan kecap manis. Setelah matang, Pindang Cengcoang bisa dihias dengan tumisan bawang putih dan cabai.
Baca juga: Ambon Bikin Aplikasi untuk Mempermudah Warga dan Wisatawan
Rujak Sayur Asin Surabaya
Saat ini hanya ada sekitar 10 penjaja kuliner yang masih menjual rujak sayur asin di Surabaya. Para penjaja biasanya berdiam di satu tempat atau berjualan keliling dengan sepeda motor.
Campuran sawi asin menjadi cita rasa unik dari kuliner satu ini. Sawi putih diikat dan direndam di air panas untuk membuatnya layu. Kemudian dimasukkan pada toples-toples yang berisi larutan gula, garam, cuka, dan air.
Sawi asin ini disajikan dengan acar mentimun, irisan tahu goreng setengah matang, bawang goreng dan kerupuk. Rujak sayur asin ini kemudian disiram dengan bumbu petis, kecap, irisan cabai rawit, dan kacang goreng.
Hidangan ini sangat khas, karena di dalamnya ada cerita akulturasi bagaimana sayur asin yang merupakan bahan makanan yang sangat oriental ternyata lezat dan segar berpadu dengan petis khas Jawa Timur.
Baca juga: Labuan Bajo Siap Tawarkan Wisata ala Pengembara
RM Cep Udin Angeun Lada, Pandeglang, Banten
Makanan khas dari Pandeglang yang satu ini bisa dikatakan cukup langka, karena termasuk hidangan yang disajikan secara turun-temurun dan hanya terdapat pada saat Idul Fitri.
Makna dari nama angeun lad menurut dialek Sunda Banten, yaitu sayur yang pedas. Jenis daging yang paling tepat untuk dapat diolah menjadi sebuah hidangan yang menguggah selera ini adalah daging kerbau beserta dengan jeroannya.
Komposisi bumbunya terdiri dari serai, daun salam, cabai, kencur yang dibakar, jahe, bawang merah, bawang putih, serta yang paling khas adalah herba lokal yang dinamakan daung walang.
Cara memasaknya pun sangat mudah, jeroan kerbau dimasak berkuah menggunakan aneka bumbu khas Banten, sehingga menciptakan aroma yang menggugah selera.