Home
/
Automotive

Kisah Mobil Lokal FIN Komodo, Berawal dari Motor Terbang

Kisah Mobil Lokal FIN Komodo, Berawal dari Motor Terbang

-

Tomy Tresnady11 September 2020
Bagikan :

Ibnu Susilo bersama FIN Komodo (Foto: Instagram @ibnu_susilo)

Uzone.id - Ibnu Susilo, Founder sekaligus CEO PT FIN Komodo Teknologi, menceritakan dirinya tertarik dengan hal-hal yang berbau teknologi karena sejak kecil sudah menyukai bidang teknologi, mulai teknologi persenjataan, teknologi militer, teknologi pesawat terbang, otomotif dan shift building.

Pada tahun 1987, Ibnu lulus dari Fakultas Teknik Mesin Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) dengan tesis rancang bangun prototipe sepeda motor terbang.

"Karena dulu saya senang motocross, kalau jumping itu saya kepinginnya gak turun lagi, pengennya terbang terus," tutur Ibnu saat diwawancara dalam program Uzone Talks.  

Ibnu kemudian bergabung dengan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Saat itu IPTN sedang menggarap proyek N230 yang kemudian pada tahun 1989 berubah jadi N250 dengan alasan pasar lebih suka pesawat 50 penumpang dibandingkan 30 penumpang pada N230.

BACA JUGA: Harga Sewa Mobil Jenazah Toyota Vellfire yang Membawa Jacob Oetama

 "Pesawat itu saat itu tercanggih di kelasnya. Setelah dari sana, N250 ini saat itu bapak Presiden, RI 1 (Soeharto) memerintahkan BJ Habibie untuk membuat mobil nasional, namanya Maleo tahun 1995-1996," kenang Ibnu.

Ibnu saat itu juga masuk dalam tim desainer, engeenering, desain, dan teknologi mobil Maleo. Dengan mengerjakan pesawat dan mobil, Ibnu mendapatkan dua ilmu: penerbangan dan otomotif.

Sayangnya, kedua proyek yang dikerjakan oleh Ibnu tidak sampai diproduksi masal.

Pada akhirnya, tahun 2004, Ibnu memutuskan resign dari IPTN karena waktu itu dia ingin mewujudkan cita-citanya bagaimana bisa menyambungkan desa-desa dengan pasar terdekat memakai kendaraan.

"Bayangkan kalau desa-desa ini bisa membawa hasil buminya ke pasar terdekat maka lama-lama di desa itu perekonomiannya akan muncul sendiri persoalannya sekarang, transportasi apa yang membawa ke pasar terdekat, yang ada sepeda motor," tutur Ibnu.

Namun, katanya, kalau sepeda motor daya angakutnya terbatas. Kemudian tidak bisa melewati medan-medan yang sulit. Mungkin bisa dilalui oleh kendaraan model Jeep atau double cabin. Tapi harga kendaraan jenis itu sangat mahal.

Kemudian, Ibnu mulai riset pasar pada 2005, dan menawarkan konsep ke bank di Jawa Barat.

"Saya membayangkan waktu di PTDI itu kan, saya menjual konsep ke Eropa, ke Malaysia itu dengan mudahnya bisnis jalan," kata dia.

Ternyata, untuk sekedar menjual konsep tidak cukup untuk meyakinkan bank di Indonesia. "Bank-bank di sini (Indonesia) menanyakan, 'Pak Ibnu penjualan terakhir gimana?' Semua bank di sini rata-rata menanyakannya begitu," kata dia.

Kemudian, Ibnu menambahkan,"Ini masih konsep pak, masih ada di kepala saya, saya ingin membuat kendaraan setangguh Jeep dan senyaman sedan. Itu pada ketawa semua bank. Itu tahun 2005," ujarnya.

Usaha Ibnu tak berhenti meskipun bank tak mau memberikan pinjaman modal. Kebetulan Ibnu mendapat tender bikin bagian sayap Airbus A30 triple deck.

Setelah itu, Ibnu juga mendapat tender membuat bagian ekor Airbus A400M untuk keperluan militer. 

Uang hasil mengerjakan proyek Airbus, Ibnu alihkan sebagai modal membuat kendaraan setangguh Jepp dan senyaman sedan.

"Kita bisa menciptakan kendaraan darat ini dengan ilmu-ilmu penerbangan. Kendaraannya jadi ringan, lentur. Saya mulai merancang FIN Komodo tahun 2006, (kemudian) 2007 itu bikin, bikinnya di garasi, di carport," katanya.

Prototipe FIN Komodo yang pertama dites pada tahun 2007 akhir, sampai tahun 2008.

Nah, kebetulan ada orang Pekanbaru yang melihat Ibnu sedang tes kendaraan yang belum dinamakan FIN Komodo.

Saat itu ada orang sedang menurunkan pasir untuk membangun rumah. Kebetulan orang Pekanbaru itu melihat Ibnu dengan kendaraannya.

"'Boleh gak saya coba?'," Ibnu menirukan ucapan orang Pekanbaru itu. "Saya bilang gak tahu ini mobil apa kita juga belum namain."

"Mobil ini kok enak, akhirnya dia pesen, itu juga belum ada namanya, pesanan pertama kali, gak tahu gimana lagi kita baru tes sudah ada yang beli, yang kita pikirkan itu setahun 1 unit karena kita belum dapat pola," ungkapnya.

Kemudian, lahir FIN Komodo tahun 2008 dan berhasil terjual 3 unit. Ibnu pada awalnya mengerjakan FIN komodo sendiri, hingga akhirnya merekrut orang-orang dijadikan tenaga untuk produksi FIN Komodo. 

"Produksi saya yang tadinya sendirian bisa rekrut satu orang, dua orang, tiga orang dan seterusnya," kata Ibnu.

FIN Komodo KD 250 X saat ini masuk generasi kelima dan dijual mulai dari Rp110 juta (on the road). 

VIDEO Toyota Corolla Cross Review, Mobil yang Punya Bloatware NFC

populerRelated Article