Twitter Turun Tangan Cegah Hoaks Virus Corona
(Ilustrasi. Foto: Marten Bjork / Unsplash)
Uzone.id -- Virus corona sedang menjadi sorotan dunia. Biasanya kalau ada peristiwa menghebohkan yang mengancam keselamatan manusia, digunakan sebagai celah menyebar teror dan berita hoaks, apalagi di media sosial.Twitter menjadi salah satu platform yang sudah pasti mengandung ragam informasi, baik itu berita resmi dari institusi hingga kabar simpang siur yang gampang ditelan oleh netizen. Maka, gak heran kalau banyak hoaks juga tersebar di Twitter.
Twitter mencatat, ada lebih dari 15 juta twit yang membahas topik seputar virus corona selama 4 pekan dan perusahaan pimpinan Jack Dorsey ini memprediksi tren ini masih akan terus berlanjut. Tentu dari jutaan konten tersebut, tak semuanya akurat, alias kabar hoaks belaka.
Baca juga: Awas, Berita Palsu Virus Corona Menyebar di Facebook
Menyadari hal ini, Twitter mengumumkan bahwa layanannya siap melakukan tindakan preventif terhadap penyebaran kabar hoaks tentang virus corona ini dengan cara membatasi pencarian otomatis yang sekiranya berasal dari konten-konten tidak kredibel.
We want to help you access credible information, especially when it comes to public health.
— Twitter Public Policy (@Policy) January 29, 2020
We’ve adjusted our search prompt in key countries across the globe to feature authoritative health sources when you search for terms related to novel #coronavirus. pic.twitter.com/RrDypu08YZ
“Kami ingin membantu Anda agar bisa mengakses informasi yang kredibel, khususnya tentang kesehatan publik. Kami telah menyesuaikan fungsi pencarian di beberapa negara di seluruh dunia untuk mengutamakan sumber kesehatan yang akurat ketika Anda mencari istilah yang berkaitan dengan #coronavirus,” cuit Twitter.
Kemudian di blog perusahaan, Twitter juga mengumumkan telah meluncurkan penyesuaian pencarian tersebut demi memastikan informasi tentang virus corona yang diterima netizen bukan kabar abal-abal, apalagi hoaks.
Baca juga: Twitter Keukeuh Gak Mau Bikin Fitur Edit Twit
Twitter juga akan memprioritaskan informasi kredibel dari beberapa organisasi kesehatan seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang bisa diakses oleh pengguna.
Sejauh ini, Twitter mengatakan telah bekerja sama dengan sejumlah badan atau organisasi kesehatan dari 14 negara, di antaranya Amerika Serikat, Australia, Jepang, Brasil, Kanada, Hong Kong, Selandia Baru, Filipina, Singapura.
Pendekatan Twitter ini sama seperti yang dilakukan perusahaan saat memberantas berita hoaks tentang vaksin beberapa waktu lalu.