Agile Development Percepat Pendirian Digital Healthcare SuperApp di BUMN
Ilustrasi (Foto: National Cancer Institute / Unsplash)
Kolom oleh: Sigit Hadi Prayoga, Tribe Leader eHealth Telkom Group
Uzone.id - Semenjak penandatanganan MoU tanggal 23 Juli 2021 lalu, pengembangan Digital Healthcare SuperApp di lingkungan BUMN mulai lebih fokus untuk menggarap pasar kesehatan nasional.Tidak tanggung-tanggung, 8 BUMN besar bergabung untuk membesarkan produk Digital Kesehatan, antara lain Mandiri Inhealth, Mandiri Capital Indonesia, Telekomunikasi Indonesia, Bio Farma, BRI Life, BNI Life , Axa Mandiri Financial Services, dan juga Pertamina Bina Medika IHC.
Berangkat dari Platform dasar Mandiri InHealth Mobile (MiMo) yang kemudian ditransformasi menjadi brand “FitAja”, produk ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak saja bagi nasabah Asuransi Kesehatan Mandiri InHealth, namun juga bagi nasabah-nasabah asuransi Kesehatan di lingkungan BUMN lainnya seperti BRI Life dan BNI Life.
BACA JUGA: Peran Penting Transformasi Agile di Organisasi
Dalam roadmap-nya, meskipun dibangun dari sudut pandang penyedia layanan asuransi kesehatan di lingkungan BUMN, aplikasi FitAja ke depannya akan melayani pula pengguna non-nasabah asuransi atau masyarakat umum.
Sehingga, aset perusahaan BUMN berupa produk dan layanan di bidang kesehatan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat luas, terlebih dalam kondisi pandemi saat ini.
Pengembangan Aplikasi SuperApp FitAja tentu saja menjadi tantangan bagi Taskforce IT & Operation yang saat ini di-lead oleh Tribe Leader eHealth Telkom, Sigit Hadi Prayoga.
Dalam rencana kerjanya, FitAja akan melalui tahapan migrasi dari platform yang tadinya hanya melayani nasabah Mandiri InHealth menjadi platform yang lebih Open dan Multi-Tenancy.
Pendekatan metodologi dalam pengembangan aplikasi seperti Waterfall sudah tidak mungkin dapat diimplementasikan, selain akan memakan waktu yang lama karena harus dijalankan secara sequential, tenaga dan biaya yang ditimbulkan juga menjadi lebih besar.
Pertimbangan tersebut yang mendorong Taskforce IT & Operation FitAja memutuskan untuk mengadopsi Agile Development Methodology.
BACA JUGA: Menakar Potensi Metaverse di Indonesia
Agile Development Methodology menggunakan model pengembangan perangkat lunak yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang sama atau pengembangan sistem jangka pendek yang memerlukan adaptasi cepat dari pengembang terhadap perubahan dalam bentuk apapun.
Hal ini mempercepat proses migrasi dan pengembangan fitur-fitur baru yang sudah ada dalam roadmap FitAja kedepan.
Pola kerja berbasis Agile menghadirkan role-role yang sangat spesifik dan tidak beririsan, sehingga setiap individu memiliki fungsi dan tanggung jawab atas target dan objektif yang masing-masing.
Hal tersebut mendorong anggota tim untuk tetap fokus pada areanya dan tidak ter-distract dengan hal-hal lain yang kurang relevan. Oleh karena itu, pendekatan ini banyak digunakan oleh startup-startup untuk membangun produk-produk digital di market.
Saat ini FitAja sedang mengakselerasi pengembangan layanan-layanan baru yang diharapkan dapat memenuhi journey kebutuhan masyarakat di area kesehatan mulai dari Preventive hingga Currative dan Rehabilitative.
Sehingga, masyarakat dapat menggunakan aplikasi ini tidak saja pada kondisi sakit atau membutuhkan pengobatan, namun juga bagi masyarakat yang ingin tetap sehat dan menjaga kebugaran di masa pandemi.
Tunggu tanggal rilis FitAja di 2022, mudah-mudahan produk ini mendapat tempat di masyarakat dan utamanya memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan layanan kesehatan masyarakat di Indonesia.