Anak Stunting Rawan Kegemukan, Mitos atau Fakta?
Rupanya stunting tidak hanya menurunkan IQ dan membuat anak memiliki perawakan pendek. Hal ini terungkap dalam gelar wicara "Stunting: Gagal Tumbuh dan Bagaimana Mencegahnya" yang dihelat di Jakarta, pekan ini. Hadir sebagai narasumber, Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik FKUI/RSCM Jakarta, Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, Sp.A(K).
"Pada anak stunting, oksidasi lemak dalam tubuh berkurang sehingga ketika diberi makan sesuai aturan untuk menyelamatkan otaknya, ia berpotensi kegemukan. Jadi, penyakit tidak menular itu bukan karena anak gemuk dari awal, tapi karena asupan makanannya tidak cukup. Tampak luar, anak terlihat gemuk, tapi organ dalamnya sebenarnya rusak. Ini disebut adiposity rebound," beri tahu Damayanti kepada tabloidbintang.com di Jakarta, pekan ini.Yang sering terjadi, orangtua yang tidak menyadari anaknya stunting, diberi banyak sayur dan buah dengan harapan menjadi lebih langsing. Atau saat anak tampak kurus, ia dipaksa makan banyak. Akibatnya, potensi obesitas meninggi. Dampak lainnya, kondisi psikologis anak terguncang karena rasa percaya dirinya menurun. Bila anak kegemukan, sulit sekali memperbaikinya. Dampaknya terhadap kesehatan pun luar biasa parah.
"Dua puluh persen anak berpotensi mengidap hipertensi, 30 persen lainnya memiliki kolesterol tinggi," Damayanti menukas. Dalam buku kesehatan ibu dan anak, menu anak yang disarankan lebih banyak berbasis nabati. Bukannya salah, tapi zat yang krusial dibutuhkan anak untuk pencegahan stunting adalah asam amino esensial.
Asam amino esensial lengkap hanya terdapat pada protein hewani. "Protein nabati seperti kacang kedelai juga mengandung asam amino esensial, tapi tidak lengkap," pungkasnya.