Apa Kabar Freedom of Speech, Elon Musk? 5,3 Juta Akun X 'Dibungkam'
Uzone.id — Sudah 2 tahun lebih Elon Musk resmi menjabat sebagai bos X (dulunya Twitter), selama itu pula Elon Musk sering menggembar-gemborkan prinsip freedom of speech dalam platform tersebut. Nyatanya, itu hanya cuap belaka.
Musk ternyata tetap punya aturan yang cukup ketat di platformnya tersebut. Terbukti di masa kepemimpinannya, Musk diketahui banyak ‘membungkam’ akun-akun yang menurutnya melanggar kebijakan X.Dalam sebuah laporan transparansi terbaru, X dilaporkan telah menangguhkan lebih dari 5,3 juta akun pada paruh pertama 2024, 4 kali lebih banyak dibanding tahun 2021 yang hanya men-suspend 1,3 juta akun.
Angka ini juga sangat besar dibandingkan tahun 2019 lalu yang hanya menangguhkan 873.000 akun di periode yang sama.
Pada Kamis kemarin (26/09), X telah menangguhkan akun jurnalis Ken Klippenstein yang mempublikasikan dokumen setebal 271 halaman mengenai JD Vance, calon wakil presiden Trump pada pemilu 2024.
Ken Klippenstein bukan satu-satunya tokoh yang di-suspend, komedian asal Mesir, Bassem Youssef juga kena suspend karena aktif bersuara menentang Israel.
Seorang juru bicara X mengatakan kepada CNN bahwa penangguhan Klippenstein dipicu karena mencantumkan alamat rumah kandidat dan bagian dari nomor Jaminan Sosialnya. Sementara Bassem disuspend karena dianggap antisemitism.
Di tengah banyaknya akun yang telah di-suspend, Elon Musk sendiri telah memulihkan beberapa akun terkemuka yang sebelumnya ditangguhkan, salah satunya akun mantan Presiden Donald Trump dan Alex Jones dari Infowars.
Melansir dari Business Insider, Jumat, (27/09), X mengaku penangguhan ini terkait dengan keamanan anak, kekerasan atau pelecehan, dan identitas yang menyesatkan.
Namun, X enggan menjelaskan alasan dan penyebab lebih lanjut kenapa angka penangguhan ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan, pihak X pun enggan angkat suara terkait hal ini.
Penangguhan akun di X memang sudah berlangsung semenjak era Jack Dorsey, namun era Elon Musk memang cukup gencar dilakukan tanpa pandang bulu.
Sering mencap dirinya sebagai penganut kebebasan berbicara, Musk berulang kali enggan mengikuti pemerintah yang memintanya memblokir akun-akun yang dianggap berbahaya.
Terbaru, Musk menolak untuk mematuhi perintah Mahkamah Agung di Brasil untuk menghapus akun-akun yang dianggap berbahaya bagi demokrasi negara tersebut. Alhasil, X terancam diblokir dari negara tersebut karena tidak comply dengan aturan setempat.
Kebijakan X juga seringkali mengalami perubahan–sesuai keinginan Elon Musk. Salah satunya adalah kebijakan laporan transparansi yang biasanya diunggah perusahaan 2 kali setahun, kemudian berubah menjadi 3 tahun sekali.
Perubahan lainnya adalah pemangkasan karyawan di berbagai divisi, termasuk karyawan bagian kepercayaan dan keamanan yang menangani misinformasi dan masalah moderasi konten lainnya. Hal ini menyebabkan reputasi X semakin turun, hal ini tercantum dalam sebuah survey dimana X menjadi perusahaan teknologi yang paling tidak dapat dipercaya.