Apakah Bayi Bayi Bisa Menangis di Dalam Perut Ibu?
Selama berada di dalam kandungan, Anda mungkin sesekali pernah merasakan si kecil bergerak atau berpindah posisi. Tak jarang, hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan menarik di benak para orangtua, termasuk Anda. Sebenarnya, apa saja yang bisa dilakukan bayi di dalam sana? Mungkinkah bayi juga dapat menangis di dalam kandungan selayaknya setelah lahir ke dunia?
Benarkah bayi bisa menangis di dalam kandungan?
Sesaat setelah dilahirkan, bayi biasanya akan menangis kencang yang kemudian disambut dengan senyum bahagia kedua orangtua. Tangisan ini pun akan terus berlanjut sebagai “senjata” utamanya, terutama di tahun-tahun awal kehidupan.
Namun menariknya, ternyata tangisan yang biasa dipakai untuk mengekspresikan perasaan si kecil ini bukan baru hadir setelah dilahirkan. Melainkan, sudah mulai dilakukannya sejak masih berada di dalam kandungan sang ibu. Ya, hal tersebut dibuktikan oleh sebuah penelitian yang dimuat dalam Archives of Disease in Childhood.
Penelitian yang melibatkan kerja alat ultrasonografi (USG) ini, mengamati respon janin pada trimester ketiga kehamilan yang ibunya merupakan perokok aktif. Dalam penelitian tersebut, para peneliti juga turut menggunakan suara lembut yang dibunyikan pada perut ibu.
Rekaman gambar pemeriksaan USG tersebut menunjukkan bahwa bayi di dalam kandungan tampak kaget dan kemudian menangis. Hal ini terjadi karena respon dari suara lembut dan halus yang dimainkan pada perut ibu. Secara rincinya, janin terlihat membuka mulut, menekan lidah, sampai akhirnya bernapas dengan tidak beraturan.
Jika sebelumnya janin di dalam kandungan diketahui hanya bisa tidur, terjaga, aktif bergerak, bahkan sekadar tenang saja, kini ada lagi. Menangis masuk sebagai perilaku selanjutnya yang bisa dilakukan bayi di dalam kandungan.
Selain itu, bayi juga bisa menangis di dalam kandungan sebagai respon akan adanya gangguan. Dalam penelitian tersebut, bayi akan memutar kepalanya, membuka mulutnya, menekan lidahnya, serta menghela napas pendek ketika merasakan ibunya sedang merokok.
Selanjutnya, janin akan mengencangkan dadanya, memiringkan kepalanya, yang disertai dengan hembusan napas cepat dan dagu bergetar. Respon tersebut bisa menjadi pertanda ketidaknyamanan bayi dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga membuatnya menangis dalam kandungan.
Kenapa bayi menangis di dalam kandungan?
Terkadang menangis terlihat sebagai sesuatu yang sangat sederhana, padahal sebenarnya lebih dari itu. Ada banyak hal dan koordinasi sistem yang terlibat saat bayi menangis, seperti otot-otot wajah dan pernapasan. Namun berbeda dengan tangisan bayi setelah lahir yang khas dengan suara kencangnya, bayi yang menangis di dalam kandungan tidak demikian.
Ada dua komponen suara atau vokalisasi yang terlibat saat bayi sedang menangis, yakni vokal dan nonvokal. Nah, dalam hal ini, bayi yang menangis di dalam kandungan menggunakan komponen nonvokal selama prosesnya. Itulah mengapa suaranya tidak akan terdengar, atau bahkan tidak diketahui sama sekali.
Terlepas dari apa pun penyebabnya, tangisan bayi bisa dikatakan sebagai salah satu tonggak penting dalam perkembangannya. Sebab saat bayi menangis, sebenarnya si kecil berusaha menunjukkan bahwa tubuh, otak, dan sistem sarafnya sedang mengutarakan respon dari lingkungan di sekitarnya.
Singkatnya, sebenarnya ada kemungkinan bahkan bisa saja bayi menangis selama di dalam kandungan. Hanya saja, para peneliti masih belum dapat menjelaskan lebih rinci mengenai kondisi ini. Pasalnya, ciri dan tanda bayi yang menangis di dalam kandungan tentu berbeda dengan bayi yang telah lahir.
Alih-alih bersuara seperti bayi yang telah lahir, bayi di dalam kandungan justru menangis dalam keadaan diam. Perubahan hanya tampak pada gerakan tubuh dan ekspresi wajahnya saja saat di dalam kandungan.
Kapan bayi mulai menangis di dalam kandungan?
Kemampuan bayi untuk menangis saat masih di dalam perut ibu diperkirakan sudah terbentuk sekitar usia kehamilan ke-20 minggu. Perkiraan tersebut disimpulkan karena pada minggu ke 20 kehamilan, umumnya bayi di dalam perut sudah mulai bisa melakukan berbagai hal.
Misalnya, membuka rahang, menggetarkan dagu, menelan, bahkan menjulurkan lidahnya. Di samping itu, karena bayi bisa lahir prematur atau sebelum usia 9 bulan.
Secara tidak langsung, hal ini menyatakan bahwa tentu ada kemungkinan baginya telah belajar untuk merespon ketidaknyamanan di lingkingan sekitarnya. Khususnya selama bayi ada di perut ibu, dalam bentuk sebuah tangisan.
The post Apakah Bayi Bayi Bisa Menangis di Dalam Perut Ibu? appeared first on Hello Sehat.