Ka’Bah di Metaverse, Bisa Buat Wisata dan Manasik Haji
Uzone.id - Di dunia virtual metaverse, kita bisa melakukan banyak hal layaknya dunia nyata secara virtual menggunakan perangkat pendukung seperti VR dan AR.
Sekolah, kerja, atau konser sudah mulai merambah dunia virtual saat ini, dan akan makin normal terjadi ketika metaverse sudah mulai ada di seluruh dunia.Tapi, bagaimana jadinya jika hal-hal yang cukup krusial seperti beribadah juga dilakukan di metaverse? Sah gak ya ibadahnya?
Akhir 2021 lalu, Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka telah mendirikan program metaverse yang memungkinkan para muslim untuk mengunjungi Ka’bah dan Hajar Aswad secara virtual.
Inisiatif ini diluncurkan oleh Abdurrahman Sudeysi, Imam Besar Ka'bah dan merupakan upaya kolaborasi antara Universitas Umm al-Qura dan Administrasi Urusan Pameran dan Museum.
Menurut Sudeysi, dikutip dari Techbriefly, ada banyak peninggalan sejarah dan peninggalan Islam di masjid-masjid di Mekkah yang harus didigitalkan untuk kepentingan semua orang.
Program ini nantinya tidak hanya bisa dinikmati oleh mata saja, tapi juga bisa disentuh dan merasakan aroma alias penciuman.
Baca juga: Galaxy Unpacked 2022 Digelar di Metaverse, Kamu Bisa Ikutan
Meski program ini tidak mengatakan akan mengganti ibadah seperti Haji dan Umroh menjadi virtual, tapi nyatanya beberapa perdebatan muncul.
Banyak yang bertanya-tanya apakah nantinya ibadah Haji dan Umroh bisa diganti secara virtual?
Di Timur Tengah hal ini menjadi wacana yang kemudian ditentang secara tegas oleh Lembaga Presidensi Urusan Keagamaan Turki, mereka mengatakan kalau kunjungan virtual ke Ka’bah di metaverse tidak bisa disebut sebagai ibadah haji sungguhan.
Dikutip dari NU Online, Katib PBNU, KH Asrorun Niam Sholeh juga mengatakan bahwa ibadah haji harus dilakukan secara fisik, atau tidak bisa dilakukan secara virtual.
“Tidak bisa dalam angan-angan atau mengelilingi gambar ka'bah, atau replika ka'bah," ungkapnya, dikutip dari NU Online, Rabu, (09/02/2022).
Selain itu, Cholis Nafis melalui akun Twitternya @cholilnafis, yang saat ini menjadi dosen UIN Syarif Hidayatullah dan UI, mengatakan bahwa program yang diluncurkan oleh Arab Saudi ini merupakan sarana promosi wisata religi untuk umat Muslim.
Ia juga mengatakan bahwa pelaksanaan haji di Metaverse merupakan alam khayal dan fiksi di dunia maya.
Baca juga: Resepsi Pernikahan Pertama ala Metaverse Siap Digelar
“Sedangkan perintah pelaksanaan haji harus dengan fisik di dunia nyata. Begitu juga ibadah umrah harus di alam nyata sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW. Sebab Ibadah haji itu sifatnya ta’abbudi dan tauqifi,” tulisnya.
4. Selamanya, ibadah haji bersifat tetap tak mengalami perubahan tempat dan waktunya. Asalnya ibadah itu haram sampai ada tuntunan yang mengajarinya. Maka seorang muslim tidak dapat melakukan ibadah dan haram (dilarang) hukum jika tidak ada tuntunannya dari Rasulullah saw.
— cholil nafis (@cholilnafis) February 9, 2022
“Metaverse baik untuk interaksi sosial dan transaksi ekonomi secara virtual dengan membuka alam maya sendiri seperti horizon, avatar dll. Namun ibadah mahdhal (murni) tidak dapat dipindahkan ke dunia fiksi. Maka haji dan shalat tidak sah dilakukan secara virtual di metaverse,” lanjutnya.
Namun, adanya ka’bah dan wisata religi secara virtual ini bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk manasik haji, atau persiapan dan pengenalan sebelum mereka berangkat untuk melaksanakan ibadah.