Bagaimana Cara Kerja Flightradar24 Memantau Pesawat?
Uzone.id - Melacak setiap pesawat di langit - semuanya berjumlah 14.000 atau lebih pada saat tertentu - adalah tugas berat tetapi dua orang asal Stockholom, Swedia, ini yang mempermudahnya dengan situs yang mereka kembangkan dengan nama Flightradar24.
Flightradar24, yang melakukan terobosan pertamanya pada tahun 2010 setelah awan abu vulkanik Gunung Eyjafjallajökull di Islandia mengganggu sejumlah penerbangan.
Setelah itu Flightradar24 berkembang menjadi sumber utama bagi semua orang mulai dari penggemar penerbangan hingga outlet media dan bahkan pemerintah yang mencari jawaban setelah bencana lalu lintas udara.
Flightradar24 memang banyak membantu ketika musibah datang, bahkan salah satunya ketika Pesawat Sriwijaya Air SJY182 jatuh di Kepulauan Seribu, akhir pekan lalu.
"Saya akan mengatakan bahwa kredibilitas data kami telah berkembang pesat. Media segera beralih kepada kami," Mikael Robertsson, salah satu pendiri Flightradar24 mengatakan kepada ABC News, seperti dikutip Selasa (12/1).
Badan-badan pemerintah juga mencari Flightradar24 dan kumpulan datanya, kata Robertsson.
"Mereka menggunakan data kami dan ingin tahu cara mengaksesnya lebih cepat," katanya.
Bagaimana Flightradar24 Bekerja?
Keunggulan kompetitif di balik Flightradar24 adalah jaringan 10.000 penerima perusahaan yang tersebar di seluruh dunia. Mereka berada di atas gedung perkantoran, di bandara atau bahkan di atap rumah milik penggemar penerbangan. Antena di atap disambungkan ke penerima di dalam yang mengumpulkan data.
"Dengan 10.000 penerima, kami menutupi kurang lebih daratan di seluruh dunia. Kami memiliki beberapa celah di China, Afrika, tetapi hampir semua daratan tertutup," kata Robertsson.
Baca juga: Spesifikasi Pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air yang Jatuh
Setiap pesawat dilengkapi dengan transponder dan mengirimkan apa yang disebut sinyal ADS-B. Jika sebuah pesawat terbang di lepas pantai, ia dapat melakukan kontak dengan penerima 150 hingga 200 mil jauhnya, kata Robertsson. Penerima mengunggah data ke server Flightradar24 setiap lima detik.
"Transponder memancarkan data dua kali per detik," kata Robertsson.
"Jadi, selama lima detik penerima mengambil sepuluh kali dari pesawat tetapi hanya mengunggah satu paket, jadi kami menjatuhkan banyak data,” rincinya.
Meskipun jaringan mereka luas, Robertsson dan Lindahl mengatakan bahwa mereka ingin membuat cakupan mereka benar-benar global, yang berarti mengatasi masalah yang sulit: cara ‘menutupi’ lautan.
Sebanyak 10.000 penerima sinyal dari perusahaan tersebar di seluruh dunia dan mencakup jangkauan hingga 150 hingga 200 mil, tetapi hal ini meninggalkan celah cakupan untuk ribuan penerbangan yang melintasi lautan setiap hari. Di antara opsi yang sedang dipertimbangkan perusahaan, menurut Robertsson, adalah satelit atau kapal yang dilengkapi dengan receiver.