Bagaimana TikTok Melindungi Mental Remaja?
Ilustrasi (Foto: Aedrian / Unsplash)
Uzone.id - TikTok membuat proyek global untuk memahami dengan lebih baik tentang keterlibatan remaja terhadap tantangan dan hoax berbahaya.Proyek ini melibatkan survei terhadap 10.000 remaja, guru, dan orangtua di Argentina, Australia, Brazil, Jerman, Italia, Meksiko, Inggris, Amerika Serikat, Vietnam, dan Indonesia, serta berkolaborasi dengan para ahli untuk merilis hasil studi dan mengulas kembali kebijakan keselamatan remaja di TikTok, seperti disampaikan TikTok kepada Uzone.id, Jumat (19/11/2021).
1. Kerjasama dengan Ahli
Studi ini disusun oleh Dr Zoe Hilton, Direktur dan Pendiri Praesidio Safeguarding, Badan Safeguarding Independen untuk menangkap berbagai temuan dan rekomendasi utama, yang selanjutnya dikembangkan melalui diskusi panel bersama 12 pakar keselamatan remaja terkemuka untuk meninjau dan memberi saran serta masukan pada laporan tersebut.
Selain itu, TikTok juga bekerjasama dengan Dr. Richard Graham, seorang Psikiater Klinis Anak yang fokus pada perkembangan remaja yang sehat, dan Dr. Gretchen Brion-Meisels, seorang ilmuwan perilaku yang fokus dalam pencegahan risiko pada masa remaja untuk membimbing dan memberikan masukan dalam penelitian ini.
BACA JUGA: Instagram Uji Coba Gabungkan IGTV dan Video Feed Jadi Reels
2. Hasil Studi
Hasil studi ini memperlihatkan bagaimana remaja pengguna TikTok memandang tantangan dan hoax yang ada di platform, di mana 54 persen dari responden di Indonesia menganggap tantangan baru-baru ini termasuk menyenangkan, 27 persen merasa tantangan itu berisiko tapi masih aman, 14 persen menganggap tantangan yang ada itu berbahaya, sementara 3 persen berpikir sangat berisiko.
Yang melegakan, hanya 2 persen dari responden remaja yang mengaku mengambil bagian dalam tantangan tersebut.
Ada beberapa cara yang mereka pertimbangkan, antara lain dengan melihat video lainnya terlebih dahulu, membaca komentar-komentar, dan membahasnya dengan teman.
Panduan untuk remaja terkait bagaimana cara menilai potensi risiko juga menjadi hal penting untuk menjaga mereka tetap aman.
Sebanyak 50 persen dari responden remaja ingin mendapatkan informasi yang memadai tentang risiko tantangan terlebih dulu.
3. Pengaruh Terhadap Mental
Beberapa tantangan kadang memberikan informasi yang tidak benar atau hoax, dan ini bisa membahayakan nyawa mereka ataupun mempengaruhi mental mereka hingga memiliki tendensi bunuh diri.
Sebanyak 31 persen responden yang terpapar hoax ini mengalami dampak negatif, di mana 63 persen dari mereka merasa hal tersebut berdampak pada kesehatan mental mereka.
Para orangtua dan wali, termasuk guru, yang ikut menjadi responden masih merasa kesulitan untuk membahas mengenai tantangan dan hoax berbahaya dengan anak remaja mereka.
Dari hasil studi, sebanyak 42 persen repsonden mengatakan mereka tidak akan menyebut soal hoax kecuali anak remajanya menyinggung lebih dulu, dan 27 persen juga menunggu ketertarikan dari anak remajanya sebelum mulai membahas soal hoax.
BACA JUGA: 5 Artis Dalam dan Luar Negeri yang Selamat dari Cancel Culture
4. Keamanan TikTok
Hasil laporan studi oleh Dr. Hilton ini digunakan untuk meninjau kembali kebijakan keamanan di TikTok dan meningkatkan keamanan di platform.
Untuk melindungi pengguna remaja dengan lebih baik, TikTok akan mulai menghapus peringatan tentang hoax yang membahayakan diri.
Selanjutnya, TikTok akan tetap memperbolehkan adanya pembicaraan mengenai hal ini, karena dapat meredam kepanikan dan memberikan informasi yang akurat.
5. Teknologi Peringatan
TikTok juga mengembangkan teknologi yang memberikan peringatan kepada tim keamanan jika tiba-tiba terjadi peningkatan konten yang melanggar panduan dan terhubung pada tagar tertentu.
Kini, TikTok memperluas teknologi ini untuk menangkap perilaku yang berpotensi berbahaya. Contohnya, saat tagar #FoodChallenge biasa digunakan untuk berbagi resep masakan, jadi jika ada peningkatan konten di tagar tersebut yang melanggar panduan TikTok, tim moderasi akan diperingkatkan untuk mencari penyebabnya dan lebih siap untuk mengambil langkah dalam menghadapi tren atau perilaku berbahaya tersebut.