Risiko Bahaya Jika Anda Lakukan Ratus Vagina
Uap atau ratus vagina lazim ditawarkan sebagai perawatan kewanitaan di beragam salon dan SPA. Para wanita meyakini perawatan ini dapat membuat vaginanya harum, rileks, bersih, kencang, dan mencegah nyeri haid serta gatal. Padahal kenyataannya, perawatan ini dapat membawa banyak efek buruk bagi vagina.
Ratus adalah perawatan dengan penguapan pada bagian organ intim dengan menyertakan rempah-rempah atau herbal khusus seperti kayu secang, bunga mawar, kunyit, kayu manis, dan akar wangi.
Rempah-rempah diletakkan pada suatu wadah tertutup menyerupai kursi. Tengah wadahnya diberi lubang sebagai tempat keluar uap sekaligus sebagai tempat duduk. Perawatan ini juga terdapat di Amerika degan menggunakan Mugwortt, sejenis tanaman aromatik yang digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok.
Mary Jane Minkin, M.D., profesor klinis obgyn dari Yale School of Medicine menyatakan ada tiga bahaya yang ditimbulkan akibat ratus. Pertama, risiko terbakar karena uap yang dihasilkan ramuan ratus panas atau bersuhu tinggi. Luka bakar tingkat dua sangat mungkin terjadi akibat aktivitas ini. Apalagi, pembakaran berada tepat di sebelah kandung kemih dan rektum, sehingga uap panas dapat merusak lapisan di antara keduanya.
“Itu adalah tindakan buruk dan membuat banyak masalah,” kata Minkin.
Selain berpotensi menyebabkan luka bakar di area vagina, uap ratus juga tidak efektif membersihkan rahim karena jaraknya terlalu jauh. Menurut Minkin, jikapun ratus bisa mencapai rahim, hanya ada sedikit bakteri di lapisan rahim dan bakteri tersebut tak perlu dibersihkan. Alih-alih membersihkan, uap panas justru membikin vagina menjadi kering dan membunuh bakteri baik di area tersebut.
Mitos terakhir yang dipatahkan Minkin adalah ratus dapat mempengaruhi hormon kewanitaan. Padahal hormon tak diproduksi di rahim atau vagina. Pabrik hormon berada di ovarium, dan lagi-lagi uap tak ratus tak bisa mencapai daerah tersebut.
Sebuah studi oleh Schwebke JR dkk, tahun 2004 yang diterbitkan jurnal NCBI menyatakan ratus membuat ketidakseimbangan jumlah flora di dalam vagina. Akibatnya adalah peningkatan risiko vaginosis bakteri. Vaginosis bakteri merupakan penyakit vagina yang disebabkan oleh banyaknya bakteri jahat. Gejala yang ditimbulkan antara lain peningkatan cairan vagina yang berbau amis. Cairan ini biasanya berwarna putih atau kelabu.
Vagina dapat Membersihkan Dirinya Sendiri
Jika suhunya bertambah panas, bakteri atau jamur (candida) akan berkembang biak, karena candida tumbuh subur pada kondisi hangat dan lembap. Enzim dalam vagina juga akan menurun, sementara aliran darah meningkat. Reaksi tersebut justru membuat vagina menjadi gatal.
Vagina memiliki banyak bakteri baik yang sifatnya melindungi area organ intim. Kualitas dan kuantitas bakteri berjenis laktobasilus ini harus dijaga keseimbangannya dengan cara membuat pH vagina tetap pada angka 4,5 (asam). Bakteri-bakteri tersebut menghasilkan antibiotik alami untuk menghalau bakteri buruk yang mungkin menyerang ke area vagina.
Baca juga: Mengapa Perempuan Tak Menikmati Seks?
Pada dasarnya, semua lubang dalam tubuh, termasuk telinga, hidung, anus, dan vagina memiliki mekanisme pembersih sendiri. Gabungan dari pH alami vagina, bakteri baik yang hidup di dalamnya, sumbat lendir di bagian atas vagina, dan lapisan rahim, bekerja secara harmonis memastikan tak ada kuman yang bisa “merayap” dari vagina ke tuba falopi.
Infeksi hanya dapat terjadi akibat aktivitas menular seksual, paparan kontrasepsi, atau prosedur pembedahan lainnya.
Lalu, bagaimana menjaga vagina tetap bersih? Sapu bagian luarnya (labia) dengan air, dan keringkan dengan handuk atau lap lembut.
Baca juga artikel terkait PERAWATAN TUBUH atau tulisan menarik lainnya Aditya Widya Putri