Bos Xiaomi Beberkan Dampak Corona, dari Penjualan Ponsel Hingga Rupiah Anjlok
(Foto: dok. Xiaomi)
Uzone.id -- Pandemi corona menghantam sisi perekonomian dunia. Pasar ponsel pintar yang menjadi salah satu bisnis seksi yang terus berkembang setiap tahunnya terpaksa kena getahnya, apalagi dari sisi produksi dan penjualan yang tertunda. Bagaimana Xiaomi Indonesia melihat hal ini?Alvin Tse selaku Country Manager Xiaomi Indonesia membeberkan beberapa hal terkait dampak corona bagi perusahaan, dan persaingan ponsel pintar secara umum.
Dampak bagi Xiaomi sendiri, virus corona sudah pasti memang menghambat pasokan komponen selama proses produksi di pabrik. Meski begitu, perusahaan tetap memprioritaskan keselamatan para karyawan.
“Dampak dari COVID-19 ini, yang jelas hal yang kami lakukan adalah melindungi kesejahteraan dan kesehatan para staf kami, memberikan rekomendasi kesehatan, seperti mengenakan masker, mengimbau sering-sering cuci tangan dan pakai hand sanitizer, melakukan jaga jarak, bekerja dari rumah,” ungkap Alvin saat berbincang dengan beberapa media melalui video conference, Kamis (2/4).
Baca juga: Smart TV Baru Xiaomi Ukuran 55 Inci, Harganya Gak Sampai Rp5 Juta
Dia melanjutkan, “kalau dari sisi pasokan pabrik, sebetulnya tidak ada kendala berarti, paling hanya beberapa delay dan buffering di alokasi produk kita, tapi selebihnya normal-normal saja. Di situasi sekarang kita harus lebih efektif dalam melakukan kegiatan.”
Menyinggung soal penundaan yang terjadi di pabrik perakit ponsel akibat kebijakan menutup atau menghentikan sementara proses produksi yang juga terjadi pada beberapa brand besar seperti Apple, Samsung, dan lain-lain, hal ini sudah pasti disadari oleh Alvin.
Alvin bahkan memprediksi soal penjualan dan pertumbuhan ponsel pintar yang menurutnya, akan mengalami masa sulit dalam waktu dekat.
“Kuartal kedua akan menjadi masa sulit bagi pasar ponsel pintar. Tapi meski begitu, kami, pasar ponsel pintar akan tetap mengalami peningkatan karena smartphone itu kebutuhan esensial jadi permintaan tidak akan pernah rendah,” kata Alvin.
Dia menambahkan, “akan ada efek baliknya, ada rebound yang terjadi setelah kuartal dua. Jadi nantinya penjualan dan pertumbuhan ponsel pintar yang terhambat di kuartal kedua itu bakal mengejar ketinggalan di kuartal berikutnya.”
Salah satu hal yang berdampak begitu keras terhadap Indonesia sendiri adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar sedang anjlok-anjloknya, yakni sudah berada di angka Rp16 ribuan. Tentu hal ini secara umum bisa mempengaruhi harga jual barang, hingga daya beli konsumen.
Alvin mengatakan, Xiaomi telah berupaya sedemikian rupa agar harga produk-produk barunya tetap menarik di mata konsumen meskipun semuanya harus disesuaikan dengan kondisi pasar dan perubahan kurs.
Baca juga: Kantor Pusat Xiaomi di Wuhan Kembali Beroperasi
“Sebagai contoh, harga Redmi 8A Pro ini bisa saja kita beri harga Rp1,8 jutaan. Tapi tim kami berupaya untuk tetap memberikan yang terbaik, maka ya sudah, kita beri harga mulai dari Rp1,549 juta,” tuturnya.
Hal sama juga terjadi saat timnya menentukan harga jual dari perangkat TV pintar baru Mi TV 4 yang diluncurkan bersamaan dengan Redmi 8A Pro.
“Harga Mi TV 4 ini menurut saya paling menarik, karena harga tetap disesuaikan padahal rupiah sedang anjlok. Harganya yang hanya Rp4,799 juta untuk smart TV ukuran 55 inci itu sudah hampir setengahnya dari harga perangkat ukuran sama dari brand terkenal lain,” kata Alvin.
Uniknya, Alvin pun tetap optimis pada daya beli masyarakat Indonesia di tengah pandemi corona yang mengakibatkan rupiah anjlok ini. Menurutnya, masyarakat akan tetap tertarik dan melihat berbagai keuntungan dari promo hingga fitur cicilan.
“Tetap akan menguntungkan sih, karena mereka akan tetap melirik promosi dan menggunakan installment bulanan yang ada di beberapa e-commerce seperti PayLater dan lain-lain. Yang jelas saya berharap masa seperti sekarang semoga akan cepat berakhir,” tutupnya.