Cara Berkompromi dengan Amarah
Anda mungkin pernah datang ke sebuah pertemuan kerja dengan mitra bisnis. Rapat yang awalnya dijadwalkan pukul 14.30 WIB tiba-tiba ditunda hingga dua jam karena salah satu mitra belum datang.
Ada pesan sangat penting di sini ketika Anda berurusan dengan emosi dan marah. Alih-alih meluapkan dengan kata-kata, Anda perlu menemukan cara yang konstruktif untuk menangani situasi.
Tidak ada alasan untuk menahan marah, namun Anda perlu mengubahnya dengan bijak secara perlahan. Marah pada kenyataannya hanya membuat diri sendiri semakin buruk. Berikut adalah beberapa cara untuk berkompromi dengan amarah, dilansir dari Enterpreneur, Senin (1/1).
1. Melepaskan amarah
Tentu saja Anda ada saatnya melepaskan rasa marah. Secara umum, ini bisa dilakukan sendiri kepada orang yang menjadi sumber kemarahan Anda. Bagaimana caranya? Dengan mengatakan padanya perasaan Anda sejujurnya tanpa perlu perang urat saraf. Anda tetap menjaga sikap hormat pada orang lain tanpa harus mengubah amarah menjadi emosi yang meluap.
2. Mengendalikan amarah
Mungkin ada saat ketika Anda tak perlu menunjukkan kemarahan langsung kepada orang yang membuat Anda marah. Dalam kasus ini, Anda mengendalikan kemarahan itu dengan bijak.
Seni mengendalikan amarah ini perlu sikap tenang, matang, dan rasional dari diri Anda. Alih-alih membabi buta, amarah yang terkontrol lebih membumi. Kemarahan bisa berubah menjadi sikap tenang, dan pastinya diikuti rasa hormat dari orang lain untuk Anda. Marah adalah emosi manusia yang normal. Anda cukup berpikir orang yang baik adalah yang bisa mengendalikan amarahnya.
3. Melihat akar sebab amarah
Anda perlu memberi diri waktu untuk melihat akar penyebab kemarahan sebelum bertindak lebih jauh. Sering kali penyebab marah tidak lebih dari perasaan tersakiti, sakit hati, frustasi, terancam, tak dianggap, dan tak dihargai.
Dalam hal ini, amarah Anda sesungguhnya muncul dari keadaan tidak mampu berurusan dengan emosi lebih dalam. Kematangan hidup dan kesuksesan bisnis tergantung pada kemampuan seseorang mengatasi kemarahannya. Para pebisnis sukses bisa memahami berbagai emosi dalam dirinya.