Cerita dari Balik Konser Guns N' Roses di Singapura
Sebagai orang yang menghabiskan masa remaja di tahun 90-an Guns N' Roses adalah band yang pasti tidak bisa dihindarkan di saat itu. Lagu-lagu mereka yang hit di kala saya menjejak usia belasan tahun memang membuat saya mulai mengenal musik Rock.
Sosok Axl Rose, Slash, Duff McKagan, Izzy Stradlin dan Steven Adler sontak menjadi panutan yang bagi saya dan teman-teman.Album-album dari mulai “Apetite for destruction” sampai “Spaghetti Incident” sempat mampir di rak kaset saya, dan hits-hits mereka seringkali saya dengarkan lewat walkman atau radio tape.
Sebagai seorang penggemar pasti memimpikan untuk bisa melihat band idola bermain secara live dan bisa ikut bernyanyi bersama dengan mereka.
Sayang perseteruan di antara para anggota band ini membuat Guns N' Roses harus menghadapi mimpi buruk setiap band, bubar! Dan saya belum pernah menonton mereka manggung secara live.
Memang, eksplorasi musik membuat saya akhirnya memilih jalur musik lain untuk didengarkan, tapi kabar bubarnya (lebih tepatnya ditinggalkan anggota orisinil) band ini tetap menjadi berita yang sedih.
Konser Reuni
Satu hari berita menggembirakan itu datang, Guns N' Roses dikabarkan akan reuni, walau tidak semua anggota awal yang kembali bergabung, tapi mengetahui Slash, dan Duff McKagan akan ikut gabung kembali sudah cukup menyenangkan.
Selain reuni, mereka pastinya akan melakukan tur ke beberapa negara. Dari beberapa negara yang dikunjungi, sayang Indonesia tidak termasuk di dalamnya. Tapi masih ada harapan karena mereka mampir di Singapura.
Dan yang paling menggembirakan uzone.id menugaskan saya untuk melaporkan jalannya konser mereka yang bertajuk "Not In This Lifetime" langsung dari Singapura!
Rasanya sureal tahu akan melihat idola masa SMP tampil dalam formasi yang hampir selengkap dulu di depan mata, tidak sabar!
Jalannya Konser
Sabtu 25 Februari 2017 menjadi hari yang dinanti oleh saya dan banyak penggemar GNR dari sekitaran Singapura.
Changi Exhibition Centre, lokasi konser yang masih berada dalam kawasan bandara internasional Changi dipilih untuk menggelar konser ini.
Letaknya yang agak jauh dari pusat kota dan tidak dilewati MRT sudah diantisipasi panitia dengan menyediakan shuttle bus bagi para penonton untuk menuju ke sana.
Tapi membludaknya orang yang datang ke venue dalam waktu bersamaan luput dari pengamatan panitia sehingga kemacetan panjang di sekitar lokasi tidak bisa dihindarkan.
Ari Untung adalah salah satu orang yang merasakan kerugian karena terjebak kemacetan tersebut. Walau konser dimulai molor 30 menit dari jadwal, tapi tetap saja pria yang berprofes sebagai presenter ini harus melewatkan lima lagu pertama.
Tidak rapihnya penyelenggaraan konser sudah terasa saat pemeriksaan karcis dan pemberian gelang Radio Frequency Identification (RFID) untuk para penonton serta protokol keamanan yang ketat membuat antrian masuk menjadi mengular.
Di dalam venue pun masalah besar terjadi, ribuan penonton yang ingin membeli makanan dan minuman cuma dilayani oleh dua kios saja, alhasil butuh waktu yang sangat lama untuk membeli makanan dan minuman.
Ross Knudson, salah satu pemilik LAMC Production sendiri mengaku bertanggung jawab sepenuhnya akan ketidakpuasan yang terjadi selama konser tersebut. “Saya adalah orang yang bertanggung jawab sepenuhnya. Saya tidak akan menyalahkan siapapun,” ujarnya saat wawancara dengan situs bandwagon.asia.
Setelah dua band pembuka, tepat pukul 20.35 Axl mulai menggeber panggung dengan lagu "It's So Easy", penonton mulai berteriak lalu Slash, Duff, dan anggota lainnya mulai beraksi di atas panggung.
Tapi ada yang terasa kurang nendang saat Axl mulai bernyanyi, suaranya yang keluar di sound system seperti tertutup deru suara instrumen dari band pengiring, terkadang malah seperti tidak terdengar.
Puncaknya adalah saat sound mendadak mati ketika aksi solo Slash memainkan melody di salah satu lagu, panggung selama dua detik menjadi bisu!
Untungnya aksi Axl dan kawan-kawan tidak menjadi terganggu dengan insiden tersebut, dan konser terus berlanjut.
Kendornya keamanan setelah konser dimulai juga menjadi hal yang dibicarakan. Penonton yang berada di Pan A (satu kelas di bawah VIP) merasa tiba-tiba area mereka menjadi berjejal dan pengap.
Ternyata para penonton Pan B yang berada di belakang mereka “jebol” dan bisa merangsek ke area Pan A, alhasil area Pan A menjadi sesak ketambahan penonton Pan B yang menyebrang.
Selain beberapa kekacauan itu, melihat aksi tiga personel orisinal Guns N' Roses di atas panggung seperti saat masa jayanya memang pengalaman yang susah digambarkan, sekali lagi sureal!
Saya ingat menonton konser mereka saat SMP, bersama teman-teman di pemutar video format Betamax. Axl, Slash, Duff, dan Izzy tak hentinya berlarian mengisi setiap sudut panggung sambil terus memainkan musik.
Malam ini saya bisa menyaksikan itu terjadi di depan mata, persis seperti yang saya saksikan dulu di video. Walau sudah berumur di atas 50 tahun, ketiga orang ini tetap sibuk berlarian di atas panggung yang jembar.
2 jam 45 menit kemudian konser ditutup dengan lagu “Paradise City”. Sebelum lagu berakhir, aksi “buang” mike oleh Axl ke arah penonton membuat klimaks konser ini.
Di luar beberapa kekurangan yang terjadi, Pihak LAMC sendiri sebagai penyelenggara mengaku bahwa Guns N’ Roses merasa puas atas pertunjukan yang dilangsungkan.
“Slash dan Duff datang kepadaku dan berkata “Tadi itu keren Ross. Pentas yang sangat keren.” Mereka sangat-sangat puas dengan konser tersebut,” ucapnya.