Cerita Seru Konser Iwan Fals Bertajuk 'Nyanyian Yang Tersimpan'
Iwan Fals (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Uzone.id - Menyaksikan konser Iwan Fals seperti melihat paket lengkap manusia yang memang diberi keunikan oleh Tuhan. Ada lagu-lagu yang bertema kebaikan, keburukan, protes, romantis, senang, dan tertawa.
Kita juga diajak bergoyang ketika Iwan menyanyikan 'Aku Sayang Kamu'. Musikalitas Iwan tambah keren karena menyanyi juga bermain gitar dan harmonika. Di usianya yang sudah menua, Iwan masih mampu menyanyi dengan suara 'meledak' di lagu 'Nona' dan 'PHK'.
Musisi yang dijuluki Bob Dylan-nya Indonesia ini memang sudah menjadi legenda. Legenda karena dia sudah menjelma sebagai musisi penyambung lidah rakyat yang terpinggirkan.
Teringat bagaimana mahasiswa bergerak menumbangkan rezim Orde Baru era reformasi 1998, lagu-lagu Iwan Fals jadi hymne penyemangat dalam setiap aksi.
Pengaruh musik Iwan Fals menjadikannya salah satu orang Indonesia yang wajahnya muncul di sampul majalah TIME yang terbit 29 April 2002.
Iwan pandai merangkai lirik yang resah dengan nasib buruh dan marah kepada orang-orang berkuasa dan pemodal. Dia ungkapkan dalam lagu ‘PHK’.
Namun, Iwan sebagai manusia juga larut dalam hal romantis. Hubungan Iwan dengan sang istri, Rosana atau akrab disapa Mbak Yos, dan juga ketiga anak mereka, (alm) Galang, Cikal, dan Raya. Dia tuangkan dalam lagu ‘Adalah’, ‘Ikrar’, ‘Galang Rambu Anarki’, ‘Annisa’ dan ‘Raya’
Semua itu dihadirkan dalam eConcert bertajuk ‘Nyanyian Yang Tersimpan’ di ruangan tertutup (indoor) Live Space, SCBD, Jakarta Selatan, Minggu (16/12/18).
Sayangnya, di konser ini Iwan tidak menghadirkan lagu 'Bento', 'Hio' dan 'Bongkar', yang menguatkannya sebagai musisi pemberontak. Alasannya, Iwan ingin menampilkan lagu-lagu yang berbeda, lagu yang tak masuk dalam album rekaman.
Baca juga: Begini Ritual Iwan Fals Jelang eConcert 'Nyanyian Yang Tersimpan'
Iwan Fals (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Live Streaming
Selain penggemar bisa menonton langsung di venue, konser Iwan Fals juga disaksikan penggemar di 10 negara melalui live streaming.
Penampilan Iwan membawakan 20 lagu selama 2 jam lamanya, terasa berbeda karena musisi 57 tahun itu menceritakan sejarah lagu-lagu yang diciptakannya.
“Ini teman-teman di 10 negara lihat kita semua, hey,” Iwan menyapa usai membawakan lagu perdana, Terbuka yang dia bikin tahun 1994.
“Tahun itu awal-awalnya Orde… itu lah ya, peralihan dari Orde Baru ke Orde paling baru. Sedangkan (lagu) 'Iya atau Tidak', (tahun) 92,” Iwan langsung menggeber dua lagu berikutnya, ‘Aku Sayang Kamu’ dan ‘Nona’.
Penggemar lalu diajak bernostalgia dengan lagu ‘Annisa’. Lagu tersebut menceritakan tentang anak kedua Iwan, Cikal, yang saat itu masih di dalam kandungan Mba Yos.
Iwan Fals (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Iwan bercerita kalau kondisi tahun 1984, saat lagu ini tercipta, lagi kacau-kacaunya. Gudang senjata di Cilandak, Jakarta Selatan, mengalami ledakan.
Indonesia juga mengalami masa kelam yang dikenal Peristiwa Tanjung Priok yang Meletus tanggal 12 September 1984. Ada versi ratusan orang meninggal dan hilang saat bentrok dengan tentara saat itu.
“Kasus Tanjung Priok, tentara masuk masjid, hhmm…saya cerita agak serius tapi…judulnya 'Annisa'. Ini lebih tua dari ‘Terbuka’ tadi,” ucap Iwan.
Kemudian, berlanjut ke lagu yang mengisahkan pertemuan Iwan dengan Rosana, yang akhirnya memutuskan menikah. Lagu itu berjudul ‘22 Januari’.
“Kita janjian tanggal ini (22 Januari) untuk membentuk keluarga yang oke, yang sakinah, mawadah, warohmah,” kata Iwan lalu diaminkan oleh penonton. “Dan…alhamdulillah sudah hampir 40 tahun, tepatnya 38 tahun gak kerasa…22 Januari judulnya,” ungkapnya.
Iwan Fals (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Iwan lalu mengumandangkan lagu ‘Ikrar’ yang dibikin tahun 1992. Lagu tersebut merupakan janji seorang suami kepada istri karena karier sebagai musisi membuat Iwan jarang pulang.
Selain itu, Iwan juga memaski ranah pribadinya ketika membawakan lagu 'Adalah' ciptaan Mba Yos.
"Ini syair lagu dari Yos, Yos bikin lagu buat saya. Saat saya pergi jauh, kangen," kata Iwan.
Kontrak rumah di Bintaro.
Cerita berikutnya, Iwan dan keluarga pernah mengontrak rumah di Bintaro. Di belakang dan samping kiri-kanan ada halaman. Teman Iwan di rumah itu cuma bunga, tembok dan ukiran kayu.
Melantunlah lagu ‘Bunga Kayu di Beranda’ yang selama ini tidak masuk dalam dapur rekaman.
Usai membawakan lagu Berkaca Pada Genangan Hujan, Iwan menyinggung peristiwa di Ciracas, Jakarta Timur, belum lama ini, di mana tukang parkir mengeroyok anggota TNI hingga berujung pada pembakaran Polsek setempat.
“Kalau begini terus ceritanya bagaimana nasib kita-kita. Sama yang itu aja gak takut, sama itu baru takut,” lalu irama lagu ‘Serdadu’ mengalir.
Iwan masih melanjutkan cerita soal tentara. Menurutnya, selama ini latihan terus, gak perang-perang jadi repot.
Iwan juga menyinggung masalah ekonomi, di mana perang dagang Amerika dengan China berdampak buruk pada kita. Isu itu jadi gorengan politik yang laris menuju Pemilu 2019.
“Ayo pilih siapa..satu…dua…kalau saya ini (mengacungkan symbol metal),” kemudian lagu ‘Mimpi Yang Terbeli’ melantun, dan berlanjut ke lagu ‘PHK’.
Iwan Fals (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Hujat menghujat
Melalui lagu ‘Balada Orang-Orang Pedalaman’, Iwan menyinggung isu perambahan hutan yang didalangi orang bermodal.
Kalau hal ini masih saja terus terjadi, kata Iwan, jangan heran kalau kita akan terkena dampak. Menurutnya, saudara-saudara kita di pedalaman sebenarnya lebih tahu, bagaimana menjalani hidup yang seimbang.
Menjelang lagu penutup berjudul 'Untukmu Indonesia', Iwan menampilkan lagu terbaru yang belum diberi judul. Lagu ini terinspirasi dari jagad Twitter, di mana Iwan sering mendapat hujatan dari warganet.
"Belakangan ini, saya banyak yang kesel deh, gak apa-apa saya kesel juga. ngomong ke sini, bilang ke sini, iya. tapi ya, saya mungkin ini anggap konsultasi gratis bagi saya. kalau bayar kan mahal," Iwan cuap-cuap sambil tertawa.
Kemudian lagu pun melantun, "Untuk teman-temanku yang keren-keren / baik yang menghujat maupun tidak menghujat / harapanku janganlah ikut-ikutan menghujat yang menghujat saya / sebab kalau ikut-ikutan menghujat, gak ada habisnya / jadilah saling menghujat, memang gondoklah kalau di hujat.....