Dampak Virus Corona, Traveloka PHK 100 Karyawan
Uzone.id - Layanan booking travel online di Indonesia, Traveloka, dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sebagian karyawannya. Hal ini terpaksa dilakukan dampak dari virus corona Covid-19 yang menghantam industri pariwisata secara keseluruhan.
Hal ini diungkap oleh laman Nikkei Asian Review, berasal dari sumber di dalam perusahaan online travel agent (OTA) tersebut, yang sayangnya tidak disebutkan namanya.Menurut NAR, pemangkasan kerja itu melibatkan sekitar 100 orang karyawan, atau sekitar 10 persen dari total karyawan perusahaan. Traveloka sendiri saat ini masuk dalam startup dengan kategori Unicorn dengan value perusahaan yang cukup besar.
Sumber tersebut juga mengungkap jika pemangkasan karyawan itu telah berlangsung pekan kemarin. Selain 10 persen karyawan di PHK, sebagian sisanya juga telah dilakukan pemotongan gaji setengah dari upah regular yang mereka terima setiap hari.
Sumber tersebut juga mengatakan jika penyebab PHK yang dilakukan Traveloka adalah dampak virus corona yang tak bisa dibendung lagi.
"Traveloka merupakan perusahaan yang sangat disiplin dalam soal keuangan. Mereka selalu berhati-hati dalam melakukan pengeluaran. Jika tidak karena virus corona, PHK ini tidak akan terjadi. Wabah ini telah membuat keadaan mereka buruk," ujar sumber tersebut.
Sumber Traveloka memang belum memberikan pernyataan resminya. Bahkan saat dihubungi Uzone, tak disangka jika PR Director Traveloka Sufintri Rahayu, sudah tak lagi bekerja di Traveloka sejak Desember 2019.
Saat Uzone menghubungi karyawan Traveloka lain, mereka masih bungkam dan tidak bisa memberikan statement.
Namun masih di laman NAR, sumber dari Traveloka, Caesar Indra, yang memimpin bisnis transportasi di Traveloka mengatakan jika sepanjang wabah virus corona berlangsung, banyak pelanggan Traveloka yang melakukan refund atas booking perjalanannya yang telah dilakukan di platform tersebut.
Mereka yang tadinya telah berencana untuk bepergian terpaksa membatalkan karena tak mungkin pergi di saat pandemi ini masih merajalela.
"Kami telah melihat adanya penurunan dalam industri travel dan booking perjalanan. Tentunya ada proses refund dalam skala yang masif pada Februari lalu, apalagi untuk destinasi ke Thailand karena pemerintah mereka melarang orang bepergian. Sejak saat itu, situasi mulai merosot drastis," kata Indra.