Dewi Gita Tak Masalah Lebih Dikenal Sebagai Sinden
Saat ini, sosok Dewi Gita tak lagi dilihat sebagai penyanyi pop Tanah Air. Kini, ia dikenal sebagai seorang sinden yang kerap tampil di sebuah stasiun televisi swasta.
Mengenai hal ini, istri Armand Maulana ini mengaku tidak takut jika namanya lebih dikenal sebagai seorang sinden. Menurut, sinden adalah bagian dari sebuah seni dan seni itu bersifat global."Saya orangnya kebetulan tidak mengotak-kotakkan seni. Namanya kesenian, semuanya global, universal, bisa bersatu apapun itu, menyampaikan rasa apa yang kita ingin sampaikan kepada penonton," ujar Dewi saat ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
"Apapun itu bentuknya, mau dangdut, mau keroncong, jazz, dan saya tuh orangnya tipe yang bisa semuanya. Saya enggak mau dikasih label penyanyi pop. Saya di sini pekerja seni, di mana kalau pekerja seni semua harus bisa gitu. (Itu) kalau prinsip saya," sambungnya.
Selama menerima pekerjaan sebagai seorang sinden, Dewi kerap menerima pekerjaan yang mengharuskannya menyanyikan lagu berbahasa Jawa. Padahal, wanita berusia 47 tahun ini lebih nyaman menyanyikan lagu berbahasa Sunda. "Lebih enak nyinden Sunda, lah, secara dari lahir udah dengerin," ucapnya.
Di acara 'Puspa Ayodya - Ki Narto Sabdo', misalnya. Pada acara yang juga menghadirkan sinden Sruti Respati itu menggandeng Dewi untuk menyanyikan lagu berbahasa Jawa. Dan, pelantun 'Kekaguman Cintaku' itu mengaku merasa kesulitan.
"Di acara konsernya Sruti ini ditantang untuk nyinden Jawa. Walaupun sedikit, aduh, masyaallah, susah pisan (susah banget)! Sampe dengerin 3 hari, padahal itu rekaman, 'kan. Kalau proses rekaman 'kan, bisa satu bait, satu bait. Kalau di sini nyanyi langsung, saya bener-bener enggak boleh salah, pakemnya harus bener. Latihannya sampai enggak bisa tidur," terangnya.
Lalu, apa bedanya menyanyikan lagu Jawa dan lagu Sunda saat Dewi menjadi sinden?
"Kalau Jawa itu cengkoknya jadi bagian tertentu, boleh cengkoknya sedikit. Kalau Sunda 'kan, bebas saja cengkoknya, ke atas, ke bawah. Kalau Jawa enggak boleh, jadi bener-bener nahan emosi, sih. Makanya saya yang biasa roller coaster, kita harus lurus. Jadi ya, susah banget kalau buat saya karena kebiasaan keriting tiba-tiba harus lurus. Itu sesuatu banget, sulit nahan emosinya," jelasnya.
Ibunda Naja Dewi Maulana ini pun berbagi tips agar mereka yang berminat bisa mengikuti jejaknya sebagai seorang sinden.
"Ya, kalau kunci bisa nyinden harus ada suara," jawabnya seraya tertawa. "Suaranya bener-bener harus dijaga, itu satu. Nyinden itu enggak boleh kotor. Rocker itu, kayak Armand Maulana, suaranya itu ada distorsi-distorsinya. Kalau nge-rock, rocker tuh boleh."
"Kalau misalnya penyanyi jazz desah-desah gimana gitu. Kalau sinden tuh harus bening, harus bersih, enggak boleh ada noda. Itu yang susah. Kalau sinden susah dijaga. Untuk bisa bersih itu, kualitasnya harus dijaga dengan makanannya yang harus bersih, tidurnya harus cukup. Itulah, harus disiplin," tutup Dewi.