Home
/
News

Dinosaurus Belum Bisa Dikloning

Dinosaurus Belum Bisa Dikloning
Tempo10 June 2016
Bagikan :
Preview
| June 10, 2016 4:40 am

TEMPO.CO, Raleigh –  Dinosaurus untuk saat ini tak bisa dikloning. Begitulah pernyataan para ilmuwan yang belum juga berhasil memulihkan deoxyribonucleic acid (DNA), yang penting untuk kloning.

Penegasan itu dikeluarkan sekelompok ahli yang berusaha mengungkap misteri DNA dari tulang dinosaurus.

“Kami memang menemukan DNA dalam tulang, tapi kami tidak bisa urutkan itu, sudah rusak,” ujar Mary Schweitzer, peneliti paleontologi molekuler dari North Carolina State University, Amerika Serikat, seperti dikutip dari Live Science. “Dinosaurus akan tetap menjadi misteri.”

Schweitzer dan tim pernah berhasil menganalisis jaringan lunak, seperti pembuluh darah, dari dinosaurus berparuh bebek dari kurun waktu 80 juta tahun silam. Tapi tetap saja mereka belum berhasil menemukan langkah untuk memulihkan DNA dinosaurus, kunci untuk membuat “Jurassic Park”.

Dia tidak terkejut saat menemukan DNA dalam tulang dinosaurus. Sebab, tulang terdiri atas mineral yang disebut hidroksiapatit, yang memiliki afinitas kuat untuk biomolekul tertentu, termasuk DNA.

Bahkan para peneliti sering menggunakan mineral ini untuk memurnikan dan mengekstrak DNA. “DNA terlalu rentan terkontaminasi dan sulit untuk ditafsirkan.”

Jadi, bisa dibilang DNA dinosaurus adalah syarat mutlak untuk mengkloning reptil raksasa itu. Sayangnya, molekul ini ikut membusuk saat suatu organisme mati. Sel tubuh dan usus mikroba tanah perlahan mendegradasi DNA.

“Belum lagi radiasi cahaya ultraviolet, oksigen, air, dan senyawa kimia lainnya yang mempercepat pembusukan DNA,” kata Beth Shapiro, pakar evolusi dan biologi ekologi dari University of California, Santa Cruz. Semua itu akan memecah cetak biru makhluk hidup ini menjadi potongan lebih kecil sampai akhirnya tak tersisa.

Pemulihan DNA tertua yang berhasil dilakukan adalah DNA milik fosil kuda berumur 700 ribu tahun yang ditemukan di ladang emas beku di Klondike, Yakon, Kanada. Shapiro turut dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada 2013. Dia belum tahu berapa lama DNA bisa bertahan.

Schweitzer memperkirakan DNA dapat bertahan 5-6 juta tahun. Namun sayangnya ini lebih pendek dari 65 juta tahun lalu, ketika dinosaurus darat punah. “Perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui berapa lama dan dalam kondisi apa DNA bisa bertahan,” ujarnya.

Andai para peneliti berhasil menemukan DNA dinosaurus utuh untuk diurutkan, ini berarti akan didapat seluruh genom, termasuk junk DNA dan DNA virus yang terdapat dalam tubuh dinosaurus. “Ini yang akan jadi masalah karena dapat menginfeksi tanaman, hewan modern, bahkan manusia,” ucap Schweitzer.

Masalah selanjutnya menemukan organisme inang untuk membantu proses kloning. Scheweitzer mengatakan, “Tidak semua organisme cocok untuk dijadikan inang.

Bagaimana gen proteinnya? Sinyal perkembangannya? Bagaimana dinosaurus, kalaupun nanti lahir, bertahan dalam iklim saat ini? Juga, setidaknya butuh 5.000 individu agar keragaman genetikanya bisa berkembang.”

Sekali lagi, kata dia, masih belum ada cara untuk mengkloning dinosaurus. Yang jelas, Schweitzer menilai kloning dinosaurus adalah hal yang tidak adil bagi dinosaurus itu sendiri. Meski terasa masih amat jauh, setidaknya ilmuwan terus membuka jalan dari waktu ke waktu.

LIVE SCIENCE | NATURE | PLOS ONE | AMRI MAHBUB

Berita Terkait:

 
populerRelated Article