Dua Jam Berada di Pulau Nusa Penida, Kesannya Tuh...
Uzone.id - Meskipun cuma sekitar dua jam saja berada di pesisir Pulau Nusa Penida, pulau terbesar di Provinsi Bali, rasanya berkesan banget.
Padahal gue gak sampai menikmati destinasi terkenal itu lho, kayak Mata Air Tembeling, Angel’s Billabong, Air Terjun Seganing, Raja Lima, sampai Pasih Uug.Gue cuma menikmati tour village yang bagian dari paket wisata kapal pesiar Quicksilver Cruiser Bali. Di village tour itu kita bisa menikmati beberapa serpihan budaya Bali, seperti busana adat yang terdiri dari kameng, udeng, dan kebaya Bali.
Saya bersama jajaran direksi dan karyawan PT. Metranet (yang menaungi UAd, Upoint, dan Uzone.id) tentu saja ingin tahu rasanya pakai busana adat tanpa atasan bagi laki-lakinya.
Selanjutnya diabadikan dengan jepretan foto dengan hasil yang lumayan masuk kategori instagramable sih, walau diminta bergaya alay oleh si pemandu bernama Monalisa. Cekrek...cekrek...
Pas saat itu hari Jumat. Pihak Quicksilver mengarahkan para lelaki yang ingin salat Jumat di masjid yang tak jauh dari dermaga.
Pertama kali menginjakkan kaki, gue melihat di bagian tengah jalan yang sudah dibeton diberi batuan yang menonjol. Tampaknya sengaja dibuat agar menimbulkan efek pijat refleksi. Perangkat desa sadar betul akan kesehatan warganya.
Gue juga melewati tukang baso yang sedang melayani konsumennya. Gak mahal loh untuk kawasan wisata cuma dihargai Rp10 ribu aja. Lumayan kan, bagi yang sudah capek bermain air laut atau keliling pulau, terus ingin makan yang seger-seger.
Soal toleransi, gue langsung menyimpulkan masyarakat di Pulau Nusa Penida bisa hidup rukun meskipun berbeda keyakinan. Di sana, pura dan masjid berada berdekatan.
Untuk arsitektur masjid pun memasukkan unsur budaya Hindu, seperti terlihat di gerbang pintu masjid tempat gue salat.
Di posisi bagian belakang masjid terdapat bangunan sekolah untuk menuntut ilmu agama, Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Ihsan.
Pura di Pulau Nusa Penida
Masjid di Pulau Nusa Penida
Madrasah di Pulau Nusa Penida
Oya, ada lagi nih yang unik gaes. Ternyata masyarakat di Nusa Penida punya kebiasaan tak mencabut kunci motornya saat parkir. Konon, rasa aman didapat oleh masyarakat sekitar karena percaya akan karma.
Mmhh, lagi pula kalau pun ada maling motor mau di bawa kabur ke mana ya, di pulau yang luasnya cuma 202 kilometer per segi. Pasti cepat ditangkap tuh.
Kalau motor hilang ternyata bukan akibat ulang maling. Biasanya motor mereka tertukar saat di parkiran yang minim cahaya. Pas, sampai rumah baru sadar deh, motor siapa yang gue bawa ya?
Namun, masyarakat Nusa Penida kayaknya belum sadar betul soal bayar pajak kendaraan bermotor. Gue melihat banyak plat nomornya sudah kadaluarsa.
Ada yang sudah habis di tahun 2013, 2014, sampai 2015. Memang sih, pulaunya kecil sehingga tak perlu ada polisi jalan raya, dan kalau bayar pajak kayaknya harus ke pulau Bali. Bayangin kan gaes, STNK habis berarti harus bawa motornya segala ke pulau Bali.
Motor yang diparkir
Plat Nomor Motor Sudah Kadaluarsa
Selanjutnya, kesan ketika melihat jernihnya air di pantai bikin adem benar. Kita bisa melihat ikan-ikan dengan jelas.
Masyarakat di sini tahu betul bagaimana melestarikan alam melalui adat yang mereka pegang selama ini.
Gak tahu deh, kayaknya hampir gak melihat bule waktu berada di Nusa Penida. Banyaknya turis berasal dari China. Makanya gak heran di sana banyak petunjuk yang pakai tulisan China.
Waktu sudah jam 14.30 WIT, semua harus segera naik kapal kecil yang membawa kita kembali ke ponton atau tongkang, di mana kapal pesiar Quicksilver Cruiser Bali bersandar.
Itu baru secuil destinasi yang gue nikmati di Nusa Penida. Konon, banyak tempat indah di sana yang didominasi oleh alam di sekitar pesisir dan juga air terjun.