Home
/
News

Ekstremis Yahudi Masuk Al Aqsa, Raja Yordania Kecam Israel

Ekstremis Yahudi Masuk Al Aqsa, Raja Yordania Kecam Israel
Suara16 August 2016
Bagikan :
Preview


Pemerintah Yordania, pada Senin (15/8/2016), mengecam Israel karena mengizinkan, kelompok yang dicapnya "kaum ekstremis Yahudi", memasuki kompleks Masjid Al Aqsa. Yordania mengatakan bahwa aksi gegabah seperti itu bisa memicu "perang agama".

Yordania adalah penjaga kompleks Masjid Al Aqsa, salah satu situs suci umat Islam, yang terletak di Yerusalem Timur, tanah Palestina yang dicaplok oleh pemerintah Israel.

Bagi pemeluk Yahudi lokasi itu dianggap sebagai bekas Bait Allah, situs paling suci dalam agama tersebut. Mereka diizinkan berziarah ke sana, tetapi dilarang untuk berdoa demi mencegah ketegangan dengan umat Islam yang sedang beribadah di lokasi yang sama.

Tetapi pada Minggu (14/8/2016), sekitar 400 umat Yahudi memasuki kompleks itu untuk merayakan Tisha B'av, peristiwa penghancuran dua kuil kuno. Tetapi beberapa orang dari kelompok itu berusaha untuk berdoa dan diusir oleh polisi Israel. Dua orang lain ditahan oleh polisi.

Menteri Urusan Agama Islam dan Wakaf Yordania, Wael Arabiyat, mengecam Israel karena mengizinkan "ekstremis Zionis" memasuki dan berdoa di kompleks tersebut.

"Aksi seperti itu bisa memicu perang agama di kawasan ini," Arabiyat memberi peringatan.

Ia juga mengecam polisi Israel karena diduga "menangkap dan memukul" peziarah Muslim yang sedang beribadah di lokasi itu.

Sebelumnya pada Minggu polisi Israel mengatakan bahwa umat Muslim di sekitar Al Aqsa mengepung dua orang Yahudi yang diusir dari kompleks tersebut dan meneriaki keduanya.

Akibatnya polisi berusaha membubarkan kerumunan itu dan tiga warga Muslim terluka ringan.

Raja Abdullah II dari Yordania juga mengecam ulah Israel dan "kelompok-kelompok esktremis Yahudi" yang berusaha mengubah status quo Yerusalem.

"Kami akan bertahan untuk memperjuangkan tanggung jawab agama serta sejarah terhadap Masjid Al Aqsa... yang berkali-kali dilanggar oleh kelompok-kelompok ekstremis," tegas Raja Abdullah.

"Sebagai penjaga tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Yerusalem, saya akan terus melindungi situs-situs ini dan melawan semua bentuk penodaan terhadap kesuciannya," lanjut Abdullah.

Israel menduduki Yerusalem Timur pada 1967 dan mencaplok wilayah tersebut. Aksi sepihak Israel itu dikecam oleh dunia dan komunitas internasional belum mengakui Yerusalem Timur sebagai wilayah Israel.

Preview


Berita Terkait:


populerRelated Article