Home
/
Govtech

ESG, Teknologi dan Komunikasi Jadi Kunci Masa Depan Berkelanjutan

ESG, Teknologi dan Komunikasi Jadi Kunci Masa Depan Berkelanjutan
Hani Nur Fajrina30 June 2024
Bagikan :

Uzone.id – PT Metranet melalui Uzone Indonesia (Uzone.id), portal berita online yang menyajikan konten seputar teknologi dan otomotif, berkolaborasi dengan ASEAN PR Network (APRN) untuk menggelar acara talk show Uzone Talks tentang prinsip dan penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) di dalam industri teknologi.

APRN melalui salah satu programnya, ASEAN SPOT (Sosialisasi, Promosi, Optimasi, dan Transformasi) memiliki visi untuk membangun ekosistem strategis yang terpadu di jantung ASEAN. APRN secara berkala menggelar aktivitas yang dapat diikuti oleh seluruh anggota dan komunitas PR.

Selama ini yang sering digaungkan adalah agenda Sustainability Development Goals (SDGs) yang digagas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 2015, di mana isinya ada 17 tujuan utama yang saling terkait dan berfungsi sebagai seruan universal bagi negara-negara di dunia untuk mengatasi masalah-masalah global tersebut pada 2030.

Agenda SDGs dari PBB membutuhkan partisipasi aktif dari semua pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, yang kemudian lahirlah prinsip ESG, konsep yang terdiri dari tiga aspek, yakni Lingkungan (Environmental), Sosial (Social), dan Governance (Tata Kelola). Menurut Indonesia Environment & Energy Center (IEEC), konsep ESG digunakan sebagai alat pengukuran untuk mengevaluasi dampak sosial dan keberlanjutan dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Bagi perusahaan yang mematuhi standar ini akan mengintegrasikan ketiga aspek dalam operasional bisnis dan pengambilan keputusan investasi.

Preview

Talk show Uzone Talks x ASEAN SPOT dengan tajuk ‘Crafting a Sustainable Future thru Technology and ESG Integration with PR Excellence’ diharapkan dapat mengedukasi tentang bagaimana prinsip-prinsip ESG dapat semakin dikenal luas di industri swasta, khususnya sektor teknologi agar perusahaan-perusahaan dapat terus memperkuat strateginya dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, serta meningkatkan dampak positif bagi lingkungan, masyarakat, dan tata kelola perusahaan.

Tak hanya melalui pemanfaatan teknologi, penerapan ESG di Indonesia juga menciptakan peluang signifikan bagi perusahaan dalam bidang PR. Secara tradisional, PR berfokus pada pembangunan citra merek yang positif dan mengelola reputasi. Maka saat ini begitu penting strategi komunikasi yang efektif mengenai upaya ESG.

“Saya sangat senang dan merasa terhormat atas kolaborasi antara ASEAN PR Network dan Uzone Indonesia untuk acara ASEAN SPOT x Uzone Talks dengan tema ‘Crafting a Sustainable Future through Technology and ESG Integration with PR Excellence’ yang menegaskan komitmen kami untuk memajukan public relations di wilayah ASEAN,” ungkap Founder & President APRN, Dr. (H.C) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR saat membuka acara yang bertempat di London School of Public Relations, Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024.

Ia melanjutkan, “dengan kolaborasi bersama Uzone Indonesia, ASEAN Public Relations Network melalui ASEAN SPOT juga menandakan perayaan ulang tahun ke-10 APRN, melambangkan satu dekade dedikasi, pertumbuhan, dan kontribusi yang berdampak dalam bidang PR di seluruh ASEAN. Saat kami merayakan hal ini, kami merenungkan pencapaian kami dan menetapkan standard untuk satu dekade keunggulan berikutnya.”

Preview

Preview

Uzone Indonesia dan APRN menghadirkan tiga narasumber dalam talk show Uzone Talks x ASEAN SPOT, yakni Director of Sales and Marketing Mercedes-Benz, Kariyanto Hardjosoemarto; SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, Steve Saerang; dan Sekjen Indonesia IoT Association, Fita Maulani.

“Konsep ESG ini begitu krusial dan butuh strategi khusus agar semuanya terukur. Sebagai contoh, aspek Environmental yang begitu kental dengan perencanaan yang serba pasti. Markas kami di Jerman sudah mulai menggunakan energi surya demi mereduksi penggunaan listrik, dan hal-hal seperti ini yang sudah harus saatnya kami perkenalkan dan terapkan di Indonesia,” kata Kariyanto. “Sedangkan dari aspek Governance, kami sudah mulai membiasakan kultur less waste secara internal dengan mengurangi tempat sampah. Awalnya banyak yang protes, tapi selama hal ini terukur dan memiliki value yang jelas, pada akhirnya semua mengikuti.”

Steve juga menambahkan, ESG dan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah dua hal yang berbeda. Menurutnya, ESG adalah sebuah komitmen yang dapat diukur dan memiliki target konkret.

“Perusahaan bisa memperkenalkan CSR dengan iklan atau campaign gimmick. Tapi ESG adalah sebuah komitmen, jika perusahaan berani memiliki tujuan tertentu, maka hal itu akan diaudit nantinya. Dari kacamata PR, kami memiliki tugas penting berupa memberikan awareness dan edukasi ke publik. Bagaimana caranya, PR menjadi wajah dari ESG,” tutur Steve.

Ia menyambung, “kalau orang PR menjadi wajah ESG, harus aware dengan nilai-nilai tersebut. Sudah tahu mau mereduksi kertas 70 persen tapi masih rajin mencetak kertas. PR people should be the ambassadors of ESG. PR harus mampu membuat strategic framework yang mengikat semua unit bisnis seperti satu purpose yang semua orang relate. Jika ini konsisten diterapkan, ESG tidak akan dilihat sebagai tuntutan, tapi orang-orang melakukannya to feel good.”

Preview

Pandangan lainnya datang dari Fita yang meyakini komunikasi secara internal di sektor swasta sama pentingnya dengan komunikasi publik dari peran PR. Dari kacamata internal perusahaan, menurutnya sangat vital untuk menyadari transformasi digital yang dapat dimanfaatkan sehari-hari.

“Tantangan terbesar lainnya adalah bagaimana membujuk dan menyadarkan para founder, owner, atau pucuk pimpinan perusahaan mengenai pentingnya ESG ini. Mindset dan kulturnya harus diubah. Sebagai contoh, penerapan smart office dapat menjadi salah satu indikator KPI dari ESG. Dari pengalaman saya sendiri, kebijakan Work From Anywhere (WFA) dan teknologi smart office dapat mengurangi penggunaan daya di kantor, bahkan dapat menurunkan cost 70 persen yang membuat para stakeholder bahagia,” kata Fita.

Ia melanjutkan, “KPI ESG lainnya yang dapat dibentuk adalah kebijakan paperless. Dengan mengurangi kertas, semuanya ada perhitungannya, setiap tahun dapat dihitung berapa ton yang berkurang. Sudah banyak solusi digital hingga IoT yang dapat dimanfaatkan, misalnya digital sign dan lain sebagainya. Perlu diingat bahwa ESG ini adalah tujuan bersama yang membutuhkan upaya kolektif, bukan hanya milik divisi tertentu saja.”

Preview

Direktur Utama PT Metranet, Didik Budi Santoso, mengatakan kekuatan komunikasi yang juga tak kalah penting adalah peran dari media. Menurut Didik, media memainkan peran penting dalam ekosistem ESG dengan meningkatkan kesadaran, mendorong transparansi, mempengaruhi kebijakan, dan membentuk perilaku perusahaan melalui penyebaran informasi dan akuntabilitas publik.

“Uzone Indonesia sebagai media dengan basis pembaca yang cukup besar memiliki tanggungjawab untuk turut andil dalam mempromosikan, mendukung, dan memastikan akuntabilitas dalam inisiatif-inisiatif ESG di Indonesia. Pengaruhnya dapat mendorong perusahaan untuk mengadopsi dan mempertahankan praktik yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap perekonomian global yang lebih beretika dan berkelanjutan. Tantangan media saat ini dalam inisiatif ESG adalah bagaimana harus menjaga objektivitas dan menghindari bias yang mungkin berasal dari sponsor perusahaan atau afiliasi politik,” tutup Didik.

populerRelated Article