Facebook Mulai Berani, Pertama Kalinya Hapus Postingan Sesat Trump
Uzone.id - Facebook menghapus postingan Presiden AS Donald Trump karena melanggar kebijakan perusahaan yang melarang memposting informasi salah soal virus corona baru (Covid-19).
Trump memposting video pada Rabu dari wawancara dengan Fox News, yang dimuat oleh reporter CNN Donie O'Sullivan lewat tangkapan layar sebelum dihapus oleh media sosial yang didirikan Mark Zuckerberg itu.
Pasalnya, Trump keliru soal klaim anak-anak "hampir kebal" terhadap Covid-19.
"Mereka memiliki sistem kekebalan yang jauh lebih kuat dari (orang dewasa)," kata Trump dalam video tersebut, yang juga dicuit sama dia.
BACA JUGA: Presiden Donald Trump Setuju Microsoft Beli TikTok
Juru bicara Facebook mengatakan kepada Business Insider bahwa video tersebut menyertakan klaim palsu bahwa sekelompok orang kebal terhadap Covid-19 yang merupakan pelanggaran kebijakan kami seputar kesalahan informasi Covid yang berbahaya.
Sebuah badan penelitian menunjukkan bahwa anak-anak bisa menularkan Covid-19 seperti orang lain, meskipun para peneliti percaya tingkat infeksi mereka sering tidak dilaporkan karena mereka sering asimtomatik.
Melansir Wikipedia, asimtomatik merupakan suatu penyakit yang sudah positif diderita oleh seseorang, tetapi tidak memberikan gejala klinis apapun terhadap orang tersebut.
Penyakit asimtomatik mungkin tidak akan ditemukan sampai seseorang melakukan tes medikal (sinar X, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan lainnya). Beberapa penyakit tetap tidak diketahui gejalanya untuk waktu yang panjang, termasuk beberapa bentuk kanker.
Sebelumnya, Facebook cuma menandai label pemeriksaan fakta ke postingan Trump yang menyesatkan soal pemungutan suara lewat surat dan menghapus iklan kampanye Trump yang berisi simbol Nazi.
Facebook juga tengah menghadapi tekanan beberapa bulan terakhir untuk mengambil sikap yang tegas terhadap informasi menyesatkan dan ujaran kebencian di platformnya.
CEO Mark Zuckerberg sempat membela keputusannya untuk tidak menghapus postingan kontroversi Trump awal 2020 yang menunjukkan kekerasan terhadap demonstran di Minnesota atas protes mereka terhadap kematian George Floyd. (BUsiness Insider)