Google Ingin Berikan Dana Rp14 Triliun untuk Media Massa
-
Uzone.id - Google Alphabet berencana membayar USD1 miliar atau setara Rp14,8 triliun kepada penerbit di seluruh dunia untuk berita mereka selama tiga tahun ke depan.
Langkah Alphabet ini merupakan sebuah langkah dapat membantu mereka memenangkan ‘hati’ penerbit seperti media online yang mulai gelisah dengan monopoli Google.
Kelompok Penerbit dan Media Massa telah lama memperjuangkan mesin pencari internet paling populer di dunia untuk mendapatkan kompensasi karena menggunakan konten mereka.
CEO Alphabet Sundar Pichai mengatakan produk baru bernama Google News Showcase akan diluncurkan pertama kali di Jerman, di mana ia telah mendaftarkan surat kabar Jerman termasuk Der Spiegel, Stern, Die Zeit, dan di Brasil dengan Folha de S.Paulo, Band, dan Infobae.
Lalu akan diluncurkan di Belgia, India, Belanda dan negara-negara lain. Sekitar 200 penerbit di Argentina, Australia, Inggris, Brasil, Kanada, dan Jerman telah mendaftar ke produk tersebut.
"Komitmen keuangan ini - terbesar yang pernah kami kami keluarkan hingga saat ini - akan membayar penerbit untuk membuat dan mengkurasi konten berkualitas tinggi untuk jenis pengalaman berita online yang berbeda," kata Pichai dalam sebuah posting blog.
Induk Google, Alphabet, melaporkan laba bersih Google News hingga USD 34,3 miliar dari pendapatan hampir USD162 miliar tahun lalu.
Baca juga: Facebook, TikTok Sampai Netlix Harus Bayar Pajak ke RI per 1 September
Produk tersebut, yang memungkinkan penerbit untuk memilih dan mempresentasikan artikel mereka, akan diluncurkan di Google News pada perangkat Android dan akhirnya pada perangkat Apple.
"Pendekatan ini berbeda dari produk berita kami yang lain karena bersandar pada pilihan editorial yang dibuat oleh masing-masing penerbit tentang berita mana yang akan ditunjukkan kepada pembaca dan bagaimana cara menyajikannya," kata Pichai.
News Corp, yang telah mendesak regulator antitrust Uni Eropa untuk bertindak melawan Google, sama-sama antusias.
"Kami memuji pengakuan Google untuk jurnalisme premium dan pemahaman bahwa ekosistem editorial telah disfungsional, mendekati distopia. Ada negosiasi yang rumit ke depan tetapi prinsip dan preseden sekarang ditetapkan," kata CEO News Corp Robert Thomson dalam sebuah pernyataan.