H&M Eropa Tumbang, Akan Tutup 70 Gerai Offline
Kabar mengejutkan datang dari H&M. Pasalnya, lini busana raksasa asal Swedia ini terpaksa menutup 70 gerainya yang tersebar di seluruh Eropa. Tindakan ini dilakukan Hennes & Mauritz karena anjloknya bisnis ritel di Eropa.
H&M tak lagi memperoleh keuntungan lewat toko offlinenya. Meski pendapatan naik 6 persen, namun keuntungan merosot 11 persen menjadi Rp 2 miliar saja.Padahal, H&M baru saja membuka 427 gerai baru pada 2016. Naik 11 persen menjadi 4351 toko di seluruh dunia.
Meski demikian, kenyataan berkata lain. Disampaikan sang CEO Karl-Johan Persson, H&M akan menangguhkan rencana penambahan toko fisik H&M. Awalnya, H&M berencana meningkatkan jumlah toko hingga 15 persen.
Toko-toko H&M yang tidak produktif di seluruh Eropa akan dipangkas habis.
"Kami menutup 70 toko tahun lalu dan akan menutup lebih banyak lagi tahun ini. Ini karena pergerseran industri yang cepat menjadi e-commerce," ujar Nils Vinge, Investor Relations H&M seperti dilansir Bussiness Insider.
"Kami selalu mencoba untuk memperhatikan dampaknya terhadap karyawan sebaik yang kami bisa. Dalam banyak kasus kami berhasil, namun tak selalu," sambungnya.
Salah satu yang baru ditutup adalah gerai H&M Scunthorpe, Inggris. Resmi ditutup pada Jumat (17/11), hal ini sontak membuat banyak pelanggan kecewa.
"Aku sangat sedih. Toko inilah yang jadi favorit saya sehari-hari," ujar Hannah, pelanggan setia H&M kepada Scunthorpe Telegraph. "Aku jadi meragukan masa depan pusat perbelanjaan kota ini. Kami sudah kehilangan banyak toko karena tutup," ujarnya sedih.
Terkait penutupan ini, H&M secara jelas menyatakan bahwa seluruh karyawan yang dirumahkan akan diberi kesempatan untuk pindah ke toko sekitarnya. Kini, pelanggan H&M Scunthorpe hanya bisa mendapatkan koleksi H&M dengan membeli di gerai lain atau mengunjungi situs resmi H&M.