Hari Perempuan Internasional: Tema Digital PBB hingga Kisah Google Doodle
Ilustrasi Hari Perempuan Internasional 2023. Foto: dok. UN Women
Uzone.id – International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap tanggal 8 Maret kali ini memiliki sarat makna yang mendalam tentang pentingnya peran teknologi di tengah kaum perempuan seluruh dunia.
Bagi yang luput, mungkin jadi teringat Hari Perempuan Internasional berkat Google Doodle hari ini, Rabu (8/3) yang turut merayakan hari penting ini melalui karya ilustrasi berisi berbagai peran perempuan.Google Doodle kali ini memperlihatkan beragam peran yang dilakoni kaum perempuan, seperti ilmuwan, figur publik, sosok ibu, hingga lansia.
Hal menarik di tahun ini adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui badan UN Women memilih tema ‘DigitaALL: Innovation and Technology for Gender Equality’, alias Inovasi dan Teknologi untuk Kesetaraan Gender.
Tentu bukan sembarangan asal pilih, tema tahun ini sekaligus ingin mengkaji dampak kesenjangan digital gender terhadap ketimpangan ketimpangan ekonomi dan sosial yang kian meningkat.
Baca juga: Temukan Bug di Google, Remaja SMK Semarang Ini Diganjar Rp75 Juta
UN Women mencatat baru 22 persen perempuan yang bekerja di sektor artificial intelligence (AI) skala global. Kemudian ada sekitar 73 persen jurnalis perempuan dari 125 negara mengaku mengalami kekerasan online selama bekerja.
Peringatan Hari Perempuan Internasional ini dimanfaatkan oleh UN Women untuk menghormati para perempuan yang telah memimpin dalam memajukan teknologi transformasi dan pendidikan digital.
Di tahun ini juga PBB ingin mempertemukan para teknolog, inovator, pebisnis, dan pendukung kesetaraan gender agar menyediakan forum untuk menyoroti kontribusi semua pihak dalam peningkatan akses ke sumber daya digital.
Mengutip berbagai sumber, PBB meyakini bahwa melibatkan perempuan dalam teknologi dapat menghasilkan solusi lebih inventif dan meningkatkan terobosan potensial yang memenuhi kebutuhan perempuan serta memajukan kesetaraan gender. Jika hal ini tidak dilakukan, justru dapat mengakibatkan konsekuensi finansial yang signifikan.
Kisah di balik Google Doodle
Google Doodle hari ini turut menyoroti ilustrasi mengenai bagaimana kaum perempuan saling mendukung satu sama lain, hal yang sudah seharusnya berlaku di seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.
“Hari ini kami menghormati para perempuan yang berada di posisi berpengaruh dan mengadvokasi kemajuan lintas isu sentral bagi kehidupan sesama perempuan di mana pun. Perempuan yang berkumpul untuk mengeksplorasi, belajar, dan memperjuangkan hak-hak mereka. Perempuan yang merupakan pengasuh utama bagi orang-orang dari seluruh lapisan masyarakat. Perempuan yang menjadi sistem pendukung penting satu sama lain dalam hal-hal berkaitan keibuan,” tulis Google.
Ada pun kisah di balik Google Doodle hari ini yang diceritakan langsung Google di laman resminya.
Doodle hari ini adalah karya Alyssa Winans, seorang doodle artist yang berdomisili di San Francisco, Amerika Serikat.
Ia mengaku tema doodle untuk Hari Perempuan Internasional tahun ini sangat berarti untuknya, maka ia memilih “women supporting women” (perempuan mendukung sesama perempuan).
Baca juga: Uzone Talks: Digital (Juga) Tempatnya Perempuan
“Melalui doodle ini, saya jadi bisa merefleksikan berbagai hal yang selama ini saya alami, saya selalu didukung oleh perempuan-perempuan di hidup saya. Saya adalah anak terakhir dari 3 bersaudara, jadi sejak lahir saya selalu mendapatkan kebijaksanaan dan dukungan dari keluarga,” tuturnya.
Lebih detail, Winans juga mengatakan bahwa ia memperhatikan orang-orang di sekitarnya yang sudah memiliki anak mengaku sering berdiskusi mengenai kerumitan dalam menjalani peran sebagai ibu.
“Menyusui? [Susu] formula? Melakukan itu semua di tempat umum, atau tempat kerja? Melalui doodle saya ini, saya ingin memberikan sesuatu seperti surat untuk dua perempuan yang menjalani dua metode menyusui anak,” lanjutnya.
Selebihnya, Winans mengaku bahwa satu ilustrasi doodle tidak akan cukup menggambarkan pengalaman dan peran para perempuan sepenuhnya, namun ia berharap bahwa karyanya dapat mewakili betapa luas, kompleks, beragam, dan kuatnya kaum perempuan.