Home
/
Digilife

Hati-hati Catfishing, Penipu Online Nyamar Identitas!

Hati-hati Catfishing, Penipu Online Nyamar Identitas!
Hani Nur Fajrina25 February 2022
Bagikan :

Uzone.id – Dari berbagai macam istilah atau metode para penipu di dunia siber, ada satu istilah yang sebenarnya mudah diingat karena namanya mirip seperti jenis ikan: catfishing.

Berhubung namanya mudah diingat, tingkat bahaya metode catfishing ini juga perlu diingat sebaik mungkin.

Sejatinya, catfishing adalah metode pemalsuan identitas secara daring berupa penggunaan foto yang diambil atau diolah (edit) dan memalsukan informasi orang lain tanpa sepengetahuan pemilik asli dari data hasil curian tersebut.

Catfishing ini termasuk ke dalam aksi penipuan yang punya motif sendiri.

Biasanya, si pelaku kurang percaya diri terhadap identitas asli yang mereka miliki, dan tentu saja yang lebih parahnya bertujuan untuk menipu demi merampas uang korban hingga menculik orang lain.

Baca juga: Tips Hindari Penipuan Percintaan Online

“Biasanya pelaku enggan melakukan video call, cenderung menghindari pertemuan tatap muka, dan hanya ingin berkomunikasi melalui chat dan panggilan telepon,” jelas Pemeriksa Fakta MAFINDO, Bentang Febrylian dalam acara bertajuk ‘Obral Obrol liTerasi Digital: Mengenal Fenomena Penipuan Catfishing’ yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Meta pada 24 Februari 2022.

Ia melanjutkan, “kemungkinan besar alasan pelaku catfishing adalah agar identitasnya tidak terbongkar. Jadi si korban tidak akan mengetahui wajah asli dari si pelaku catfishing.”

Preview

Bisa dibilang, metode catfishing ini kerap dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan internet untuk tujuan negatif. Bagi mereka, internet membuka pintu untuk aksi “identity play”, alias membuat identitas sendiri.

Singkatnya, para pelaku catfishing merasa bahwa mereka bisa menjadi karakter apa saja yang mereka inginkan di dunia maya.

“Melalui identity play ini, kepuasan si pihak pelaku bisa dicitrakan sebagai apa di mata orang lain. Sayangnya, teknologi itu dipakai juga untuk melakukan sejumlah penipuan,” imbuh Dewan Pengarah Siberkreasi, Donny B.U. dalam kesempatan sama.

Baca juga: Tua-Muda Bisa Jadi Korban Penipuan Online, Ini Tips dari Google

Menilik dari sisi psikologis, relationship expert dan psikolog Dian Wisnuwardhani memandang fenomena catfishing ini memang sangat erat kaitannya dengan sisi psikologis seseorang.

Menurutnya, jika ada manusia yang sehat secara mental dan fisik, ia bisa menampilkan dirinya secara alami, apa adanya. Namun ketika mereka tidak bisa menampilkan diri apa adanya, berarti ia tidak nyaman dengan kondisi dirinya sendiri.

“Kalau dalam psikologi, ini namanya identity confusion, jadi dia bingung sama dirinya. Kalau kita lihat kita pakai Facebook atau Instagram, kita foto-foto, kemudian kita lebih banyak pakai filter daripada menampilkan wajah bentuk kita apa adanya, sebenarnya ada sesuatu dari kepribadian orang tersebut,” kata Dian.

Seperti diketahui, ScamWatch pernah mencatat di tahun 2018 bahwa Australia menderita kerugian sekitar USD25,5 juta dari kasus penipuan berkedok pacar palsu di internet. Jumlah ini terhitung cukup besar melihat total kerugian yang disebabkan oleh kasus penipuan secara umum adalah USD100,7 juta.

Cara paling ampuh menghindari serangan catfishing dari orang tidak dikenal adalah jangan langsung percaya begitu saja jika orang itu melebih-lebihkan dirinya, serta dari diri kita juga harus membatasi informasi yang kita bagikan kepada orang yang baru kita kenal.

Untuk bisa mendapatkan informasi mengenai kegiatan Obral Obrol liTerasi Digital dan kegiatan lainya, dapat dilihat di info.literasidigital.id atau follow sosial media @siberkreasi

Waspada terus ya, guys!

populerRelated Article