Hati-Hati, Perempuan yang Merokok Berisiko Mengalami Kanker Payudara
Uzone.id - Kita semua tahu bahwa kebiasaan merokok menyebabkan sejumlah penyakit. Salah satu risiko penyakit yang dapat terjadi pada perempuan yang merokok yaitu kanker payudara.
Menurut American Cancer Society, seperti Uzone.id kutip dari Forbes, kebiasaan merokok diketahui meningkatkan risiko 14 jenis kanker, dan bertanggung jawab atas 30 persen kematian akibat kanker. Kanker payudara tampaknya akan menjadi jenis kanker ke-15 yang akan ditambahkan ke dalam dafter tersebut.Kesimpulan tersebut dinyatakan berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan di Breast Cancer Research. Studi ini menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko perempuan terkena kanker payudara hingga 35 persen.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Institute for Cancer Research di London, Inggris, ini menganalisis data dari 1.815 partisipan dari hasil kuesioner tentang riwayat merokok, mengonsumsi alkohol, dan gaya hidup lainnya, untuk mengetahui lebih banyak tentang penyebab kanker payudara. Para peneliti juga menganalisis data seluruh partisipan yang berisiko mengalami kanker payudara.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa risiko kanker payudara paling banyak terjadi pada perempuan yang mulai merokok sebelum menstruasi atau memiliki anggota keluarga dengan kanker payudara. Secara mencolok, peneliti juga menemukan peningkatan risiko dapat bertahan selama dua decade (dua puluh tahun) setelah berhenti merokok, meskipun hal ini menurun seiring berjalannya waktu.
Berdasarkan situs Breast Cancer, merokok menyebabkan sejumlah penyakit dan terkait dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi pada perempuan pramenopause yang lebih muda. Penelitian juga menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara paparan asap rokok bekas yang sangat berat dan risiko kanker payudara pada wanita pascamenopause.
Merokok juga bisa meningkatkan komplikasi dari pengobatan kanker payudara, seperti kerusakan paru-paru akibat terapi radiasi, kesulitan penyembuhan setelah operasi, dan risiko pembekuan darah lebih tinggi saat mengonsumsi obat terapi hormon.