Indonesia akan Tiru Kesuksesan Ekonomi Kreatif Korea Selatan
Kesuksesan Korea Selatan menguasai pasar global melalui sektor ekonomi kreatif menjadi salah satu acuan Indonesia dalam pembangunan nasional. Salah satu aspek yang bakal jadi fokus adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk mengisi bonus demografi dalam beberapa dekade ke depan.
Kepala Badan Pembangunan dan Perencanaan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyatakan visi Tanah Air menjadi negara maju tahun 2045, tepat 100 tahun setelah kemerdekaan. "Kita harus memiliki target yang jelas dengan tumpuan pada industri manufaktur, pariwisata, pendidikan, serta teknologi digital," ujarnya di Jakarta, Rabu (3/4).Dia menjelaskan, Korea Selatan bisa menjadi inspirasi untuk mendorong target pembangunan Indonesia. Sebab, kedua negara sama-sama memulai pembangunan dalam periode yang sama. Pada 1950 keduanya menjadi negara termiskin di Asia. Korea Selatan selesai perang dengan Korea Utara, sedangkan Indonesia usai terserang Agresi Militer Belanda.
Bedanya, Korea Selatan meningkat lebih dulu pada tahun 1970 sebagai negara pendapatan kelas menengah. Indonesia baru menyusul masuk kelas yang sama tahun 1990, tetapi Negeri Ginseng berhasil naik tingkat menjadi negara maju. "Lompatan itu karena fokus pada industri pengolahan dan teknologi," ujar Bambang.
(Baca: Bekraf Incar Investasi Pengusaha Korea di Startup Indonesia)
Selain itu, pengembangan sumber daya manusia menjadi pembeda antara Korea Selatan dan Indonesia. Produk dari sana pun berhasil masuk ke pasar global seperti Hyundai. Bahkan, Samsung juga merupakan pemimpin pasar internasional di bidang telepon pintar bersaing dengan Apple.
Dia mengatakan ada empat pilar yang harus dibangun dan dikuatkan Indonesia agar bisa menjadi negara maju. Rinciannya adalah penguasaan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi, ekonomi berkelanjutan, pembangunan yang adil, serta ketahanan pemerintah yang kuat.
Menurutnya, pada tahun 2045 Indonesia akan memiliki pendapatan per kapita mencapai US$ 23 ribu per tahun. Tahun lalu, pendapatan per kapita masih sekitar US$ 4 ribu per tahun. Namun, periode 2035 ke atas akan menjadi usia emas millenials dalam pengembangan sumber daya manusia.
(Baca: Permodalan Masih Menjadi Masalah Utama Bagi Startup Indonesia)
Alhasil, Indonesia akan menempati peringkat kelima ekonomi terbesar di dunia karena populasi yang besar. "Digitalisasi dan teknologi akan membantu peningkatan pekerjaan, sehingga sumber daya manusia semakin kompeten yang dampak finalnya adalah peluang ekonomi timbul lebih besar," kata Bambang lagi.
Sementara itu, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom mengungkapkan Korea Selatan fokus pada sektor ekonomi kreatif yang berdampingan dengan penggunaan teknologi. Contoh produk paling berhasil adalah BTS yang menjadi sejarah Korea Selatan karena peringkat pertama billboard dan menjadi perbincangan paling sering di Twitter tahun lalu.
Kim menjelaskan popularitas global Korea Selatan bermula dari film, fesyen, dan musik sekitar tahun 1990. "Kami masuk ke semua televisi kabel yang ada di Asia Tenggara, kami ingin gaya hidup kami menjadi contoh masyarakat global," ujarnya.
(Baca: Bekraf Sebut Pengembang Gim Lokal Bisa Tekan Defisit Neraca Pembayaran)