Home
/
Health

Ini Kiat Menurunkan Risiko Serangan Jantung pada Usia Produktif

Ini Kiat Menurunkan Risiko Serangan Jantung pada Usia Produktif
Birgitta Ajeng07 November 2018
Bagikan :

(Ilustrasi/Pixabay)

Uzone.id - Penyakit kardiovaskular masih masuk peringkat tiga besar penyebab kematian di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan angkanya diprediksi akan terus bertambah setiap tahun.

Selain masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia, penyakit kardiovaskular juga banyak diderita usia produktif, yaitu 15-64 tahun. World Health Organization (WHO) pada 2016 masih menempatkan penyakit kardiovaskular di Indonesia sebagai penyebab kematian nomor satu, sebanyak 35 persen.

Baca: Tanya Dokter: Mengapa Berat Badan Tidak Turun Padahal Sudah Olahraga?

Hal ini disusul dengan penyebab lainnya seperti kanker, kekurangan nutrisi, dan diabetes. Menurut survei Sample Registration System (SRS) pada 2014 di Indonesia menunjukkan, Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke, yakni sebesar 12,9 persen.

Adapun menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada 2013, berdasarkan pengelompokan usia, sebesar 80 persen dari penyandang penyakit jantung koroner (PJK) di Indonesia menyerang kelompok usia produktif.

Baca: 5 Tanda Kamu Kurang Piknik

Adapun angka kejadian pada usia kurang dari 65 tahun sebanyak 20 persen, kemudian diikuti kelompok usia 45-65 tahun sebanyak 41 persen, dan kelompok kurang dari 45 tahun sebanyak 39 persen.

“Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner ini memang masih menjadi penyakit yang perlu diwaspadai,” ujar Kepala Sub Direktorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kemenkes RI, Dr. H. Zamhir Setiawan, M. Epid dalam pernyataan resminya.

Baca: Sering Begadang Bikin Badan Gemuk, Kok Bisa?

Meski demikian, Zamhir mengingatkan bahwa penyakit ini bisa dicegah dengan pengendalian perilaku seperti merokok, diet yang tidak sehat, gaya hidup sedentary (kurang aktivitas fisik), serta konsumsi alkohol.

Zamhir juga menambahkan bahwa Kemenkes mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan kecil dalam hidup. Kemenkes mempunyai jargon untuk perubahan perilaku yang mencegah terjadinya PenyakitTidak Menular.

Baca: Kopi Panas Lebih Sehat daripada Kopi Dingin, Benarkah?

Jargon tersebut, yaitu CERDIK (C untuk cek kesehatan secara berkala, E untuk enyahkan asap rokok, R untuk rajin aktivitas fisik, D untuk diet sehat dengan kalori seimbang, I untuk istirahat yang cukup, dan K untuk kendalikan stres).

Adapun untuk penyandang Penyakit Tidak Menular, agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, Kemenkes mempunyai PATUH (P untuk periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, A untuk atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, T untuk tetap diet sehat dengan gizi seimbang, U untuk upayakan beraktivitas fisik dengan aman, H untuk hindari rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya).

populerRelated Article