Home
/
Startup

Investasi Startup di Indonesia Anjlok 87 Persen, Apa Penyebabnya?

Investasi Startup di Indonesia Anjlok 87 Persen, Apa Penyebabnya?
Vina Insyani08 November 2023
Bagikan :

Uzone.id – Pendanaan di industri startup Indonesia selama tahun 2023 ini mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya.

Dalam hasil laporan e-Conomy SEA 2023 yang dirilis Google, Temasek dan Bain & Company pada hari Selasa, (07/11), pendanaan privat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mencapai level terendah dalam enam tahun terakhir.

Di Indonesia, pendanaan startup ini terjun bebas sebesar 87 persen dari USD3.3 Miliar pada paruh pertama tahun 2022 menjadi USD400 juta di periode yang sama pada tahun 2023 ini.

Selain Indonesia, hampir seluruh negara di Asia Tenggara mengalami penurunan investasi di periode yang sama. Sebut saja Singapura yang turun 63 persen dari USD7 miliar di paruh pertama 2022 menjadi USD3 miliar di paruh pertama 2023. Lalu ada Malaysia yang turun 52 persen dari USD500 juta di paruh pertama 2022 ke USD300 juta di paruh pertama 2023.

Filipina juga mengalami hal yang sama dimana negara ini mengalami penurunan sekitar 79 persen YoY, dari USD800 juta menjadi USD200 juta. Kemudian ada Thailand yang turun sebesar 66 persen dari USD300 juta menjadi USD100 juta, dan terakhir Vietnam yang hanya mengalami penurunan sebesar 24 persen dari USD700 juta menjadi USD600 juta.

Laporan tersebut menjelaskan bahwa penurunan ini mengikuti tren global yang menunjukkan peningkatan biaya modal dan tantangan di sepanjang siklus pendanaan. 

Di Indonesia dan negara lain, tantangan yang dihadapi antara lain koreksi valuasi secara umum setelah naik bertubi-tubi selama tahun 2021, ketidakpastian profitabilitas di beberapa perusahaan, dan kurang kondusifnya situasi pasar modal, yang dapat menyulitkan investor untuk melakukan exit.

Sementara itu, Aadarsh Baijal, Partner and Head of Digital Practice Bain & Company Asia Tenggara menjelaskan kalau penyebab dari anjloknya angka investasi ini merupakan kombinasi dari faktor-faktor dari ekonomi makro dan isu spesifik dalam lifecycle pendanaan di Asia Tenggara.

“Ketika kami berdiskusi dengan para investor dan Venture Capital, mereka saat ini lebih banyak memiliki pendekatan wait and see,” imbuhnya dalam acara Media Briefing e-Conomy SEA 2023.

Ia menambahkan, “Jadi mereka lebih berhati-hati dan menunggu bagaimana pasar berkembang dan menunggu untuk mengkalibrasi investasi sejalan dengan tingkat pertumbuhan yang telah diantisipasi.”

Penyebab lainnya adalah tingginya pendanaan yang harus dibayar oleh investor sehingga putaran pendanaan memakan waktu yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

Di Indonesia, hasil laporan Google mengatakan kalau penurunan paling kecil terjadi pada pendanaan di tahap awal. 

Sementara itu, di saat nilai investasi mengalami penurunan namun beberapa sektor menunjukkan daya tarik bagi para investor.

Layanan keuangan digital diklaim tetap menjadi sektor investasi utama karena potensi monetisasinya yang tinggi. Sektor-sektor baru juga mengalami kenaikan investasi, yang menandakan bahwa investor ingin melakukan diversifikasi pada portofolio mereka.

populerRelated Article