Kado Spesial Jusuf Kalla untuk Istri di Hari Perkawinan Emas
Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla merayakan hari ulang tahun perkawinan ke-50 yang digelar di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Ahad (27/8). Dalam peringatan ulang tahun perkawinan emas ini, Jusuf Kalla telah menyiapkan kado spesial, yakni puisi untuk sang istri tercinta, Mufidah Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla mengakui, dia termasuk seseorang yang sulit membuat puisi. Puisi pertama yang dibuatnya ketika konflik antarkelompok terjadi di Ambon. Ketika itu, dia masih menjabat sebagai menteri koordinator bidang kesejahteraan rakyat. Puisi berjudul Ambonku, Ambon Kita Semua dibacakan pertama kali oleh Jusuf Kalla pada 7 September 2004 sebagi upaya perdamaian atas konflik antar kelompok di Ambon. Ketika itu, dia menjadi mediator atas tercetusnya Perjanjian Malino.
Menurut pria asal Bugis tersebut, ada perbedaan ketika menulis puisi untuk Ambon dengan menulis puisi sebagai kado spesial untuk istri tercintanya. Jusuf Kalla menulis puisi untuk Ambon saat tengah malam di pesawat, dan hanya membutuhkan waktu lima belas menit. Sedangkan, menulis puisi cinta untuk sang istri membutuhkan waktu yang tidak sebentar. "Kalau ini (puisi untuk istri) agak lama sedikit, sambil berpikir dua jam lah," kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla menikah dengan Mufidah pada 27 Agustus 1967. Keduanya bertemu semasa sekolah di SMA Negeri 3 Makassar. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai lima orang anak yakni Muchlisah Jusuf, Muswirah Jusuf, Imelda Jusuf, Solichin Jusuf, dan Chairani Jusuf. Dari kelima anaknya ini, Jusuf Kalla dan Mufidah dikaruniai sepuluh orang cucu.
Meski usia perkawinan mereka sudah berjalan 50 tahun, Mufidah tidak pernah absen membawakan rantang yang berisi makanan untuk suaminya. Dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu, Jusuf Kalla mengakui bahwa setiap hari istrinya selalu membawakan bekal untuknya, dan ini sudah dilakukan sejak dia masih berkecimpung di dunia usaha.
Perayaan hari ulang tahun perkawinan emas Jusuf Kalla dan Mufidah dihadiri oleh seluruh keluarga besarnya, mulai dari anak, menantu, dan cucu-cucunya yang mengenakan baju adat Makassar. Suasana interior ruangan juga dihias dengan dekorasi khas Makassar. Tak lupa juga sejumlah tamu undangan yang terdiri dari beberapa pejabat negara dan pengusaha.