Kakek-Nenek Ini 28 Tahun Jaga Perlintasan Kereta Api
Pekerjaan jika dilakukan dengan ikhlas pasti dapat dijalani dengan baik. Ya, itu yang dilakukan oleh pria 76 tahun dan istrinya yang bekerja sebagai penjaga palang pintu perlintasan kereta api di Surabaya selama 28 tahun.
Dia adalah Sariman, bersama istrinya Rumiyati, setiap hari menjaga keselamatan pengguna jalan yang melintasi jalur kereta api di RW III Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Jambangan, Surabaya.Keduanya ikhlas dan sabar menjalani pekerjaannya, walau tidak ada perhatian dari pemerintah.
Mbah Man, begitu Sariman biasa disapa, menceritakan aktivitas pekerjaannya sudah dilakuan sejak pagi buta. Dan dengan menggunakan peralataan seadanya. Pluit dan bendera kecil berwarna merah.
Tak terhitung berapa jumlah nyawa yang dia selamatkan saat melintasi rel kereta api. Ya, Mbah Man dan istrinya selalu memastikan pengguna jalan tidak melintasi rel saat kereta api datang.
"Saya selepas salat Subuh jaga sampai jam 7 malam. Dulu waktu masih muda jaga terus non-stop. Tapi, sekarang fisik sudah tidak kuat lagi," kata Mbah Man, ditemui Arah.com, di perlintasan kereta api tempatnya bertugas, Jumat (19/5).
Ya, dulu ketika Mbah Man dan istri masih muda. Fisik masih kuat. Mereka menjaga perlintasan kereta api 24 jam setiap harinya. Namun, kini sudah ada delapan orang yang ikut menjaga. Ada pembagian shift kerja.
"Dulu hanya saya dan istri yang jaga di sini. Nggak pernah tidur sama istri. Giliran saya capek, istri yang jaga. Gantian terus. Tapi sekarang sudah banyak yang jaga. Termasuk menantu dapat tugas jaga shift malam," ujarnya.
Ironisnya, meski sudah 28 tahun menjaga perlintasan kereta api, tapui Mbah Man dan istri tidak mendapatkan upah resmi dari PT. KAI. Mereka hanya mengandalkan pemasukan dari pemberian sukarela pengguna jalan. Tak banyak yang didapatkan setiap harinya.
"Kalau ramai ya bisa dapat seratus, tapi kalau sepi cukup buat makan saja. Tapi alhamdulillah," tuturnya.
Mbah Man juga menyayangkan sikap PT. KAI yang tidak memperhatian dirinya dan istri. Padahal permintaan sangat sederhana. Menyewa lahan milik PT. KAI untuk tempat tinggal. Tapi keinginan itu kandas karena tidak mendapatkan izin.
"Saya tidak punya tempat tinggal. Mau sewa tanah milik PT. KAI tidak boleh. Saya sewa bukan tinggal gratis. Padahal saya sudah menjaga perlintasan kereta api bertahun-tahun," kata Mbah Man.
Tapi Mbah Man tetap ikhlas dan sabar dengan pekerjaannya. Dari pantauan Arah.com, Mbah Man tetap bekerja dengan menebarkan senyum kepada pengguna jalan.
"Hati-hati ya, kereta mau lewat," pesannya kepada pengguna jalan.
Yang dilakukan Mbah Man dan istri menuai banyak simpati dari pengguna jalan. Tampak para pengendara mobil dan motor tak segan memberikan uang atau sebungkus nasi untuk Mbah Man.
"Terima kasih banyak," ucap Mbah Man ketika mendapatkan uang dari pengguna jalan. (Muhammad Mukied)