Kamera Smartphone Makin Menyaingi Kamera DSLR
Bila kalian sedang menabung untuk membeli kamera DSLR untuk menyalurkan hobi fotografi, sebaiknya mulailah mempertimbangkan untuk mengalihkan target ke kamera smartphone.
Ini alasan yang mungkin bisa jadi pertimbangan. Pertama, kamera DSLR yang keren harganya selangit. Itupun kalau mau lensa tambahan macam-macam, harus keluar ekstra bujet lagi. Apalagi kalau semata buat hobi, bukan buat mata pencaharian.
Kedua, sekarang hasil jepretan dari kamera smartphone nyatanya tak jauh beda dengan hasil jepretan kamera DSLR. Apalagi sekarang sudah banyak smartphone yang punya resolusi kamera besar, serta punya fitur pro, yang memungkinkan penggunanya mengatur setting kamera secara manual, untuk mendapat hasil optimal.
Itu dibuktikan oleh Arbain Rambey, seorang fotografer professional. Ia merekam keindahan alam selama traveling keliling Indonesia, dengan menggunakan smartphone kamera. Hasilnya, yang dituangkan dalam sebuah buku bertajuk “Adventure Smartphone Photography”, benar-benar nyaris tak bisa dibedakan dengan hasil foto dengan kamera professional.
Arbain menggunakan Advan G1, sebuah smartphone yang memiliki kamera utama sebesar 13 Mpix –dan dilengkapi kamera smartphone untuk selfie sebesar 8 Mpix. Fitur kamera smartphonenya dilengkapi pula dengan beragam menu, termasuk kemampuan untuk memotret obyek yang bergerak, masuk ke moda foto hanya dengan menggoyangkan smartphone, dan sebagainya.
Menurut fotografer yang kenyang pengalaman ini, teknologi kamera smartphone sekarang membuat perangkat yang sejatinya alat telekomunikasi ini sebenarnya sudah ideal untuk digunakan sebagai perangkat fotografi, dan menghasilkan foto yang keren. Persoalannya tinggal pada skill dan pengetahuan fotografer yang bersangkutan.
“Semua orang bisa menjadi fotografer. Yang perlu diingat adalah pengetahuan untuk memotret itu sendiri,” kata Arbain, dalam sebuah acara yang digelar di Jakarta, Kamis (23/03) lalu. Ia menjelaskan beberapa hal bila memotret dengan menggunakan smartphone.
Pertama, perhatikan pencahayaan. Obyek foto harus mendapat cahaya yang cukup. Kedua, obyek foto –dan juga yang memotret—harus diam. Bergerak mengakibatkan hasil foto blur. Termasuk ketika menekan tombol shutter.
Namun begitu, Arbain mengakui, bagaimanapun kamera smartphone (saat ini) belum bisa disepadankan betul dengan kamera professional. Ada beberapa aspek yang tak bisa dijangkau oleh kamera smartphone.
Semisal, keterbatasannya dalam mengabadikan obyek dalam cahaya minim, keterbatasan dalam merekam obyek yang bergerak, serta tak punya efek-efek yang bisa dilakukan dengan lensa optical. Namun siapa tahu, beberapa tahun mendatang, keterbatasan itu sudah teratasi. Teknologi selalu berkembang, bukan? ###