Ahli Sebut Erupsi Tangkuban Parahu Semburan Lumpur Dingin
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, Hendra Gunawan, mengatakan bahwa secara umum erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada Jumat (26/7) adalah freatik berupa semburan lumpur dingin.
Melalui sebuah pernyataan, Hendra menjelaskan bahwa semburan lumpur dingin warna hitam itu berasal dari Kawah Ratu.
"Sejak tahun 2017, 2018, 2019 pada bulan Juni-Juli terpantau gempa uap air/asap yang diduga disebabkan berkurangnya air tanah akibat perubahan musim, sehingga air tanah yang ada mudah terpanaskan, dan sifatnya erupsi pendek," kata Hendra.
Oleh karena itu, sejak 10 hari lalu, PVG melalui pos menyampaikan peringatan kepada pengelola kawasan untuk meningkatkan kesiapsiagaan kemungkinan erupsi seperti yang terjadi pada Oktober 2013, dan diikuti surat peringatan kemungkinan erupsi tiba-tiba.
Sedangkan radius aman erupsi, kata dia, seperti halnya freatik pada Oktober 2013, tidak mendekat kawah atau kurang lebih 500 m (radius bibir kawah 400 m).
Menurut Hendra, erupsi susulan bisa saja terjadi dengan potensi landaan masih di sekitar dasar kawah. Namun, tetap dasar utama yang menentukan adalah data yang terekam saat ini.
"Karena dasar dari peningkatan status adalah tingkat ancaman, dan saat ini tingkat ancaman masih di dalam kawah, sehingga belum perlu naik status, kecuali ke depannya ada potensi radius landaan yg membesar," ujarnya.
Erupsi Gunung Tangkuban Parahu terjadi pada Jumat pukul 15.48 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 200 meter di atas puncak atau sekitar 2.284 m di atas permukaan laut. Kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan selatan.