Keong Sawah, Alternatif Makan Daging Penuh Protein
Keong sawah atau yang dikenal juga sebagai tutut sawah bukanlah makanan baru di Indonesia. Beberapa daerah justru kerap menyajikan tutut sebagai camilan atau lauk.
Saat musim hujan dan mendekati musim panen, keong sawah atau tutut ini jadi sangat mudah ditemukan. Masa-masa ini pun jadi waktu panen petani untuk mendapatkan keong sawah yang melimpah.
Di musim setelah panen dan sesaat sebelum menabur tanaman baru, para petani menyeberang melalui ladang padi yang ditebang untuk memanen siput.
Lihat juga:Ada Semangkuk Mi di Setiap Jengkal Hong Kong |
Sebagian orang mungkin merasa jijik untuk menyantap daging keong sawah yang terlihat berlendir. Selain itu, bentuknya yang 'kurang menyakinkan' untuk disantap juga membuat beberapa orang enggan menyantapnya.
Padahal sebenarnya, daging keong sawah atau tutut memiliki protein yang tinggi. Selain itu, dagingnya memiliki rasa manis seperti kerang. Sedangkan teksturnya yang kenyal dan berserat seperti jamur.
Tak dimungkiri, hal inilah yang membuat masakan Perancis dan Eropa menjadi lezat.
Mengutip The Hindu, sebelum disantap, keong sawah harus diolah dengan baik agar rasanya maksimal.
Anda hanya harus mencuci siput dengan air dingin beberapa kali untuk menghilangkan bau lumpurnya . Setelahnya, rendam dalam air selama lima menit.
Usai dicuci bersih, keong sawah bisa direbus selama 5-7 menit dan siap disajikan. Jika tak ingin direbus, Anda juga bisa menggorengnya atau bahkan menumisnya dengan tambahan sayuran, karbohidrat (seperti pasta) atau jenis daging lainnya. Daging keong sawah tumis pedas pun terasa nikmat dengan sensasi rasa pedas dan gurih kenyal.
Cara mengonsumsi Siput
Daging siput menempel cangkangnya. Untuk menikmati dagingnya, ketuk-ketuk mulut cangkang agar daging keluar. Kemudian, cungkil dengan tusuk gigi atau isap langsung dengan mulut.