KRL Sampai Cikarang: Potret Perjuangan Warga Bekasi di Ibukota
UZone - Nuri Fatima, 27 tahun, berdiri di pinggir peron Stasiun Cikarang, Selasa (10/10). Resepsionis di salah satu perusahaan swasta ini menanti datangnya KRL relasi Cikarang-Jakarta Kota sejak pukul 04.30 pagi. Maklum, kereta pertama akan berangkat pukul 04.45 WIB.
Nuri salah satu yang antusias dengan rute anyar tersebut. Bagaimana tidak, sebelumnya ia harus menempuh perjalanan sekitar satu jam hanya untuk menuju Stasiun Bekasi Kota. Belum lagi perjalanan KRL Bekasi - Sudirman memakan waktu hingga satu jam.
"Kantorku di Sudirman. Kalau naik bus enggak sanggup macet parah. Rute baru ini bikin hemat waktu karena rumahku dekat Stasiun Cikarang," katanya.
Soal pelayanan, Nuri bilang tidak terlalu buruk. Kereta berangkat tepat waktu dan tidak ada hambatan berarti selain menunggu antrian di Stasiun Cakung dan Jatinegara.
"Mungkin aku naik kereta pertama, jadi relatif tepat-lah. Penuhnya juga biasa aja, enggak sampai parah. Kalau ditahan gitu ya biasalah namanya juga jalurnya terbatas," ujar Nuri.
Fathan Ghifari, 29 tahun, punya cerita berbeda. Karyawan yang berkantor di daerah Cawang tersebut harus rela ekstra berdesakan sejak rute Cikarang - Jakarta Kota dioperasikan. Pasalnya, ia menunggu KRL dari Stasiun Cakung.
"KRL dari Bekasi Kota memang ada, tapi apes-nya kalau yang duluan berangkat yang dari Cikarang, sementara jam masuk kerja sudah mepet. Ya mau enggak mau maksain naik," kata Fathan.
Dia menceritakan kondisi dalam gerbong KRL Cikarang yang ia tumpangi sekitar pukul 07.30 WIB. Tas ranselnya terpaksa ia gendong di bagian depan karena sudah tidak memungkinkan meletakkannya di bagian atas. Kondisi badan dan kaki juga tidak menopang dengan sempurna.
"Berdiri bisa satu kaki doang. Badan juga sudah nempel sana sini enggak karuan. Belum udaranya jadi panas," ujarnya.
Meski jauh dari nyaman, Fathan mengaku tak punya pilihan karena harus diakui bahwa KRL adalah moda transportasi termurah untuk sampai ke kantornya. Dia hanya perlu merogoh Rp 2500 - Rp 5000 sekali jalan.
"Sampai Stasiun Cawang saya jalan kaki ke kantor. Kalau naik bus macetnya enggak nahan. Kalau naik motor boros bensin," katanya.
Itu cerita dari Cikarang ke Jakarta Kota. Bagaimana sebaliknya? Dua kali lipat diklaim lebih parah, untuk di jam pulang kantor antara pukul 16.00 sampai 19.00 WIB. Berdesakan di gerbong padat penumpang menjadi rutinitas yang mau tak mau dinikmati setiap hari.
Seperti dialami Faya Utami, 24 tahun, karyawati salah satu perusahaan e-commerce di Jakarta Selatan. Setiap hari dia menggunakan jasa KRL jurusan Bekasi-Jakarta Kota pulang pergi.
"Kalau berangkatnya sih masih mending. Ada rute baru Cikarang, jadi keretanya agak banyak. Yang enggak enak pulangnya karena dari Manggarai itu penuh banget dan nunggu-nya lama," ujar Faya.
Sebagai gambaran saja, Faya yang sudah berada di Manggarai sejak pukul 17.00 WIB baru bisa 'terangkut' di rangkaian feeder (KRL hanya sampai Manggarai dan balik lagi ke Bekasi) pukul 18.20 WIB. Ini dilakukan untuk menjaga keselamatan dirinya sendiri.
"KRL di jam-jam itu lagi padat-padatnya. Apalagi sekarang ada yang ke Cikarang. Saya lebih baik nunggu yang rada longgar daripada pingsan di kereta," katanya.
Dia lantas memuji rekan commuters yang begitu gigih untuk bisa masuk dalam gerbong yang sudah sangat penuh. Tak sedikit yang terpaksa saling dorong, menahan bau keringat penumpang lain, juga sabar berdesakan saat KRL mengalah pada kereta jarak jauh.
"Berdiri enggak apa-apa asal jangan kelamaan ditahan. 'Penyakit' jalur Bekasi itu kebanyakan ditahan dari Manggarai, Cipinang, sampai Cakung," ujar Faya.
Memang benar. Saya juga mengalami hal tersebut. KRL Bekasi yang saya tumpangi dari Manggarai biasanya sudah sangat padat dan seringkali ditahan untuk memberi jalan kereta jarak jauh melintas lebih dulu. Durasi 'ditahan'-nya bervariasi dari 5 menit hingga lebih dari 30 menit. Tentu saja ini membuat tidak nyaman.
Namun, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) tidak diam saja. Ada beberapa upaya yang dilakukan selain menambah jumlah kereta, di antaranya merevitalisasi sejumlah stasiun, peningkatan fasilitas pengguna KRL, hingga penambahan feeder dari Manggarai ke Bekasi dan Cikarang. Saat ini baru ada 16 perjalanan PP lintas Cikarang - Jakarta Kota - Cikarang.
"Tidak menutup kemungkinan nantinya akan menambah perjalanan (termasuk feeder dari Manggarai)," kata VP Komunikasi PT KCI Eva Chairunisa melalui pesan singkat.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemhub) juga kini tengah mengawal proyek pembangunan lintasan rel dwi-ganda atau Double-Double Track (DDT) Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang yang ditargetkan selesai 2018 mendatang. Lintasan sepanjang 44,1 kilometer ini nantinya akan memisahkan jalur KRL dengan kereta jarak jauh.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku optimistis DDT dapat menjadi solusi atas gangguan KRL yang selama ini cukup sering terjadi.
"Nanti akan terjadi pemisahan antara kereta dalam kota (KRL) dan luar kota. Mudah-mudahan (kalau proyek ini sudah rampung) tidak ada lagi keterlambatan perjalanan kereta dalam kota," ujar Budi.
Informasi saja, Kemhub mengerjakan empat paket proyek DDT Manggarai-Cikarang. Masing-masing, trase Manggarai-Jatinegara (satu paket), Jatinegara-Kota Bekasi (dua paket) dan Kota Bekasi-Cikarang/Kabupaten Bekasi (satu paket).
Paket A antara Manggarai-Jatinegara, mulai dari KM 0 hingga KM 12+550, paket B 2 (1) Jatinegara-Bekasi dan paket B 2 (2) Jatinegara-Bekasi, paket B 2 sepanjang 12,1 kilometer (km), dan paket B 1 Bekasi-Cikarang sepanjang 19,5 km.
Jika proyek ini selesai tepat waktu pada 2018, maka sebentar lagi warga Bekasi pengguna KRL bisa sedikit bernapas lega. Minimal, perjalanan tidak terlambat meski dalam gerbong padat. Lebih lagi, sistem persinyalan dipercanggih agar tidak sering ngadat.