Home
/
News

Kualitas Air Buruk, Ratusan Ton Ikan di Samosir Mati

Kualitas Air Buruk, Ratusan Ton Ikan di Samosir Mati

Nesia Qurrota A'yuni25 August 2018
Bagikan :

Sekitar 180 hingga 200 ton ikan di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, mati mendadak. Kematian massal ikan dalam keramba jaring apung (KJA) tersebut diprediksi karena kualitas air yang buruk. 

"Tim Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut, Samosir dan Karantina Pusat dari Kementerian Perikanan dan Kelautan masih terus mendalami penyebab kematian ikan secara mendadak itu," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut Mulyadi Simatupang di Medan, seperti dilansir Antara, Sabtu (25/9).

Kendati timnya saat ini masih terus mencari tahu penyebabnya, hasil sementara di lapangan menunjukkan kualitas air yang buruk menjadi musabab kematian ikan itu. Menindaklanjuti hal tersebut, tim sudah mengambil sampel air dari KJA untuk diperiksa di laboratorium.

Mulyadi menjelaskan, berdasarkan pengamatan visual di lapangan atau daerah Pangururan, warna air terlihat kecoklatan dan keruh. Kualitas air yang buruk itu akibat sedang memasuki puncak musim kemarau yang disertai angin kencang.

Kondisi tersebut membuat bahan organik didasar perairan khususnya di sekitar KJA naik ke atas perairan (up-welling) sehingga kandungan oksigen di perairan tersebut sangat rendah.

"Kualitas air yang buruk juga dipicu letak KJA yang belum mengikuti cara budidaya ikan yang baik (CBIB) seperti kedalaman perairan, padat tebar, dan jarak antar unit KJA," katanya.

Kematian ratusan ton ikan itu menimbulkan kerugian Rp 5 miliar hingga Rp 6 miliar.

Bila dirinci, jumlah peternak yang merugi sebanyak 18 orang.

"Kematian ikan mas dan nila sekitar 180 ton di KJA Desa Pintu Sona, Pangururan, Kabupaten Samosir, 22 Agustus itu menjadi pelajaran buat semua," ungkap Mulyadi.

Sementara itu, dari hasil pemeriksaan Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Samosir, kadar oksigen dalam air (Diasolved Oxygen atau DO) Danau Toba berkisar 2,28 Mg/L. Kondisi itu jauh di bawah standar mutu air yang ditetapkan pemerintah berdasarkan PP 82/2001 yakni minimal 6,0 Mg/L.

"Selain terus mencari tahu penyebab kematian, tim juga sedang mengatasi dampak kejadian itu yang menimbulkan aroma busuk" katanya.

Untuk saat ini, tim beserta masyarakat terus mengangkat bangkai-bangkai ikan dari danau itu.

populerRelated Article