Kupas Tuntas Dislokasi Bahu
Apa itu dislokasi bahu?
Sebelum kita dapat memahami mengenai apa itu dislokasi bahu, kita harus mengerti dahulu mengenai struktur bahu yang normal. Bahu kita pada dasarnya terdiri dari dua buah sendi, yaitu sendi akromioklavikula (pertemuan antara tulang belikat dan tulang bahu) dan sendi glenohumeral (pertemuan antara tulang belikat dan tulang lengan atas). Sendi glenohumeral merupakan sendi dengan macam gerakan yang paling banyak pada tubuh kita. Oleh karena itu sendi tersebut menjadi sendi yang paling sering mengalami dislokasi atau pergeseran dibandingkan sendi lainnya. Dislokasi bahu terjadi saat bonggol tulang lengan atas bergeser dari tempatnya di tulang belikat.Struktur normal bahu
Kapan dislokasi bahu dapat terjadi? Seperti yang kita ketahui bersama, cedera olahraga dapat terjadi pada semua orang, baik seorang atlet maupun seseorang yang melakukan olahraga untuk mengisi waktu luangnya. Dislokasi bahu termasuk cedera yang sering terjadi, terutama pada olahraga yang banyak melakukan kontak fisik, seperti gulat, yudo, dan polo air, ataupun olahraga dengan risiko jatuh yang tinggi, seperti bersepeda dan panjat tebing. Sekitar 95 % kasus dislokasi / pergeseran sendi bahu terjadi ke arah depan, namun sebenarnya pergeseran ini dapat terjadi ke segala arah. Pergeseran sendi bahu ke arah depan dapat terjadi karena pergerakan paksa tulang lengan atas ke arah menjauhi badan yang disertai puntiran ke arah luar. Sedangkan pergeseran sendi bahu ke arah belakang dapat terjadi karena sesorang terjatuh dalam posisi lengan terentang ke samping.
Apa tanda-tanda terjadinya dislokasi bahu?
Saat seseorang mengalami dislokasi bahu, maka yang langsung dirasakan adalah nyeri pada bahu. Selain itu, juga akan terlihat bengkak pada bahu. Posisi lengan setelah peristiwa trauma yang terjadi dapat berguna untuk membedakan arah pergeseran sendi bahu. Bila dalam keadaan rileks, lengan menjadi terputar ke arah luar (sehingga lipat siku menghadap ke arah depan), maka yang terjadi adalah pergeseran sendi bahu ke arah depan. Pada pergeseran sendi bahu ke arah depan, pasien juga akan mengalami nyeri saat diminta memutar lengannya ke arah dalam. Sebaliknya pada pergeseran sendi bahu ke belakang, maka lengan akan terputar ke arah dalam (sehingga lipat siku menghadap ke arah belakang), dan terdapat nyeri saat pasien diminta untuk memutar lengan ke arah luar.
Konfirmasi terjadinya pergeseran sendi bahu dapat dilakukan dengam pemeriksaan rontgen atau MRI.
Apa yang harus dilakukan saat menghadapi seseorang dengan dislokasi bahu?
Pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah dengan menerapkan prinsip RICE, yaitu Rest, Ice, Compression,dan Elevation. Restartinya bahu harus diistirahatkan misalnya dengan menggunakan “gendongan” bahu (arm sling). Ice berarti diberikan kompres es pada sendi yang terkena. Kompres es diberikan dengan menaruh potongan-potongan es batu dalam kantung plastik dan menutup kantung plastik tersebut setelah mengeluarkan udaranya terlebih dahulu. Kantung es yang telah ditutup rapat kemudian dibungkus dengan handuk tipis yang basah. Lalu tempelkan kantung es tersebut ke daerah bahu yang dirasa mengalami nyeri selama 20 menit, dan ulangi kompres es ini selama 72 jam pertama setelah kejadian. Compressionberarti kantung es ditempelkan ke bahu menggunakan elastic bandage atau kain yang diikatkan melingkar bahu sehingga terasa efek penekanan. Elevationberarti menempatkan posisi bahu lebih tinggi dari jantung. RICE diterapkan untuk meminimalisasi pembengkakan yang terjadi kaibat pergeseran sendi bahu.
Selanjutnya sendi bahu pasien harus segera dikembalikan ke posisi semula dengan suatu tindakan reposisi. Bila tidak ada tenaga kesehatan berpengalaman di lapangan, maka pasien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Setelah reposisi dilakukan, pemeriksaan rontgen kembali perlu diulang untuk memastikan bahwa sendi bahu sudah kembali ke posisi normalnya. Satu hal yang tidak perlu dikhawatirkan adalah mengalami dislokasi bahu bukan berarti selanjutnya tidak dapat melakukan olahraga yang semula. Setiap pasien yang pernah mengalami dislokasi bahu dapat kembali menjalankan aktivitas nya secara normal, asalkan pasien menjalani program rehabilitasi yang benar sesuai dengan arahan tenaga kesehatan yang tepat.
Narasumber:
dr. Angelica Anggunadi, Sp. KO,
Spesialis Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia