Lab Antariksa Cina Hantam Bumi pada Maret, Haruskah Kita Risau?
Stasiun luar angkasa milik China, Tiangong-1, diperkirakan akan menghantam permukaan Bumi pada Maret mendatang, demikian diwartakan The Verge akhir pekan kemarin.
Sebelumnya badan antariksa Cina pada Oktober 2017 lalu mengumumkan bahwa Tiangong-1 akan menghantam permukaan Bumi paling telat pada April 2018, setelah pihaknya kehilangan kendali atas wahana tersebut sejak 2016 silam.
Diluncurkan ke luar angkasa pada 2011, Tiangong-1 sebenarnya dirancang hanya untuk beroperasi hingga 2013. Tetapi setelah masa operasinya diperpanjang, modul tersebut mulai tak berfungsi optimal, tak lagi bisa dikendalikan dari Bumi, dan perlahan-lahan meluncur ke Bumi dalam kecepatan tinggi.
Berbobot sekitar 8,5 ton, sebagian besar tubuh Tiangong-1 diperkirakan akan hancur karena terbakar saat melewati lapisan atmosfer Bumi. Tetapi ada sekitar 10-14 persen bagian yang lolos ke permukaan Bumi. Fakta ini memantik kekhawatiran bahwa wahana itu akan jatuh di area pemukiman dan mengancam nyawa manusia di Bumi.
Tetapi menurut jaringan pengawasan antariksa Amerika Serikat, yang terus melacak pergerakan Tiangong-1, wahana itu akan jatuh di satu titik antara kordinat 43 derajat lintang utara dan 43 derajat lintang selatan, yang memang didominasi kawasan perairan.
Peluang puing-puing wahana antariksa itu mengenai manusia memang sangat kecil, kurang dari satu berbanding 1 triliun. Sejauh ini baru ada satu laporan orang tewas akibat puing antariksa, yakni ketika Lottie Williams di Tusla, Oklahoma dihantam sebuah logam sepanjang 6 inci dari roket Delta II pada 1997 silam.
Selain puing-puingnya, yang berbahaya dari Tiangong-1 adalah zat kimia beracun hydrazine yang dikandungnya. Jika terpapar pada mahluk hidup, maka zat itu bisa sangat berbahaya.
Jatuhnya puing antariksa ke Bumi sebenarnya sudah biasa. Pada 1991 silam, wahana antariksa Uni Soviet bernama Salyut 7 dan Cosmos 1686 jatuh ke Bumi. Dua wahana yang masih tersambung itu, dengan bobot total 40 ton, pecah di atas Argentina. Puing-puingnya bertebaran di atas kota Capitan Bermudez.
Pada 1979 sebuah stasiun antariksa Amerika Serikat bernama Skylab juga jatuh ke Bumi. Pecahan puing-puingnya berceceran di sekitar Perth, Australia.