Laporan Keuangan Mazda di Kuartal II, Penjualan Turun 35 Persen
Mazda CX-30 (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Uzone.id - Mazda telah umumkan kinerja keuangannya pada 9 November 2020 untuk kuartal kedua tahun fiskal yang berakhir Maret 2021 (1 April 2020 - 30 September 2020).Hasil kumulatif untuk kuartal kedua tahun fiskal yang berakhir Maret 2021 menunjukkan penjualan Year-on-Year (YoY) 1.115,8 miliar yen atau sekitar Rp149,5 triliun (kurs Rp134 per 1 yen). Turun 35 persen.
Pendapatan operasional 52,9 miliar yen (Rp7,08 triliun), pendapatan biasa 53,3 miliar yen (Rp7,13 triliun). Laba bersih kuartalan yang bisa diatirbusikan adalah defisit 93 miliar yen (Rp12,4 triliun). Penjualan global sebanyak 578.000 unit (YoY turun 21 persen) dan dividen interim telah ditunda.
Untuk penjualan diperkirakann mencapai 2,85 triliun yen (Rp381.4 triliun), pendapatan operasional diperkirakan defisit 40 miliar yen (Rp5,3 triliun), pendapatan biasa diperkirakan defisit 34 miliar yen (Rp4,5 triliun), dan laba bersih yang bisa diatribusikan kepada perusahaan induk diperkirakan defisit 90 miliar yen (Rp12 triliun).
Tetsuya Fujimoto, Managing Executive Officer Mazda Motor Corporation, mengatakan, "Kinerja bisnis berada pada tren pemulihan dari kuarta pertama ke kuarta kedua. Dalam tiga bulan kuartal kedua, kami terus memanfaatkan peluang penjualan di Amerika Serikat dan negara lain, dan pada saat yang sama mengalami percepatan upaya untuk memangkas biaya tetap. Kinerja bisnis kami telah meningkat lebih dari yang diharapkan."
BACA JUGA: Mitsubishi Motors Defisit Operasional Rp11,3 Triliun di Kuartal II 2020
Selain itu, faktor utama kenaikan atau penurunan difisit operasi yang turun 78,7 miliar yen (Rp10,5 triliun) dari periode yang sama tahun sebelumnya adalah minus 144 miliar yen (Rp19,3 triliun) untuk jumlah unit dan komposisinya.
Selainjutnya, minus 3,9 miliar yen (522 miliar) untuk kurs mata uang asing dan minus 700 juta yen (Rp93,6 miliar) untuk perbaikan biaya. Di sisi lain, biaya tetap dan biaya lain-lain meningkat sebesar 49,4 miliar yen (Rp6,6 triliun), dan transfer kerugian luar biasa akibat penangguhan operasi berkontribusi pada peningkatan sebesar 20,5 miliar yen (Rp2,75 triliun). Menghasilkan total 78,7 miliar yen (10,3 triliun).
Dalam hal ini, Fujimoto menekankan bahwa sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan operasional, terjadi peningkatan biaya tetap sebesar 50 miliar yen dan lainnya.
"Kami berencana untuk memangkas 65 miliar yen (Rp8,7 triliun) selama setahun penuh, namun kami tetap mencapai level 50 miliar yen (Rp6,7 triliun) di paruh pertama dan membuat kemajuan yang stabil dalam meningkatkan biaya tetap. Perinciannya adalah kami akan melanjutkan upaya kami untuk meningkatkan efisiensi. Hasilnya, penggunaan biaya iklan di tingkat 20 miliar yen (Rp2,7 triliun) telah dibatasi, dan biaya Litbang juga telah ditingkatkan jadi 5 miliar yen (Rp670 miliar). Mengenai biaya terkait kualitas, pengiriman barang baru, biaya turun 20 miliar yen (Rp2,7 triliun)," tutur Fujimoto.
Pada kuartal pertama, kerugian produksi karena penangguhan operasi dialihkan ke kerugian luar biasa sebesar 20,5 miliar yen (Rp2,7 triliun).
Mengenai prospek setahun penuh, penjualan global adalah 1,3 juta unit, dengan perubahan dari angka yang diumumkan pada bulan Juli menjadi peningkatan 5.000 unit di Amerika Utara dan penurunan 5.000 unit di China dan tidak ada perubahan dalam jumlah unit secara global.
Untuk mencapai tarket tahun fiskal yang berakhir Maret 2021, Fujimoto mengatakan bahwa meskipun hasil semester pertama baik, prospek tetap tidak pasti karena meluasnya lagi pandemi Covid-19 di Eropa dan Amerika Serikat dan dimulainya kembali lockdown.
"Oleh karena itu, tidak akan ada perubahan dalam indikator keuangan setahun penuh. Meskipun lingkungan bisnis yang sulit akan terus berlanjut, kami akan melanjutkan dan memperkuat pemulihan penjualan dan efisiensi biaya tetap, dan akan bekerja untuk mencapai prospek setahun penuh," kata dia, seperti dilansir Uzone.id dari car.watch.impress.co.jp.
VIDEO MINI Cooper John Cooper Works Test Drive, Bikin Baper